Minggu, 28 Agustus 2016

CIA, Nazi... 7 Teori Konspirasi 'Aneh' yang Terbukti Benar

Para pembela teori persekongkolan atau teori konspirasi meyakini, ada rahasia yang melibatkan para konspirator di balik serangkaian peristiwa atau kejadian penting dalam sejarah. 

Sejumlah klaim aneh pun dikemukakan. Menuding kekuatan besar dunia, organisasi rahasia, bahkan makhluk luar angkasa sebagai dalang sebuah peristiwa. Salah satunya bahkan menyebut gempa yang mengguncang Haiti bahkan Tsunami Aceh 2004 bukan murni bencana alam, namun dampak  uji coba senjata 'pemicu gempa'. Benar atau tidak? Entahlah. 

Namun, tak semua teori konspirasi ngawur belaka. Belakangan, beberapa terbukti benar. Berikut 7 di antaranya, seperti dikutip dari News.com.au, Rabu (21/10/2015).

Program Pengendali Pikiran CIA


Ini kedengarannya seperti cerita dalam film fiksi sains: pemerintah melakukan eksperimen pengendali pikiran untuk diterapkan pada rakyatnya sendiri. Teori konspirasi merajalela saat pengacara pelaku pembunuhan terhadap senator Robert F. Kennedy mengklaim ia di bawah kendali program MKUltra CIA. 

Namun, tak semua percaya. Hingga pada 1977, di bawah UU Kebebasan (Informasi  Freedom of Information Act), sebanyak 20 ribu dokumen yang sebelumnya tersimpan rapat terkait proyek rahasia MKUltra dikuak. Yang kemudian diusut tuntas dalam dengar pendapat di Senat AS. 

Dokumen-dokumen tersebut mengungkap sejumlah fakta mengejutkan. Seperti bagaimana CIA menarik pecandu heroin dalam program tersebut, dengan menawarkan lebih banyak barang haram itu. 

Juga terungkap setidaknya seseorang kehilangan nyawanya, yang diyakini sengaja dibunuh untuk menjaga kerahasiaan program MKUltra.



CIA juga menggunakan hipnotis, terapi kejut listrik, dan LSD (Lysergic Acid Diethalamide), pada subjek mereka, sebagai bagian dari program. 

Badan intelijen tersebut juga mendirikan rumah bordil palsu dan diam-diam memberikan obat-obatan psikoaktif pada minuman para pelanggan. 

Pada tahun 1995, Presiden AS kala itu, Bill Clinton meminta maaf atas eksperimen yang didukung pemerintah yang bertujuan untuk, "memahami efek paparan radiasi pada tubuh manusia", yang dilakukan tanpa izin di sejumlah rumah sakit, universitas, dan  pangkalan militer di seluruh negeri. 

"Meski sebagian besar percobaan sesuai standar etis, beberapa lainnya tak memenuhinya -- tak hanya berdasarkan standar yang diterapkan saat ini namun juga batasan yang berlaku saat pengujian dilakukan," kata Clinton. "Melanggar aturan negara juga kemanusiaan." 

Belum jelas seberapa lama program rahasia itu dilaksanakan CIA. Namun, direkturnya, Richard Helms memerintahkan semua dokumen MKUltra dihancurkan setelah skandal Watergate pada tahun 1973.



Teror Penculikan Korut


Kisah ini sudah lama beredar, tentang agen-agen khusus dari Korea Utara yang bergentayangan, menculik sejumlah warga Jepang dari wilayah-wilayah pesisir. 

Antara tahun 1977 dan 1983, ratusan orang hilang. Namun, pemerintah Jepang secara resmi hanya mengakui 17 penculikan. Di sisi lain, pihak Pyongyang berkali-kali membantah telah terjadi penculikan. Penghilangan paksa tersebut kemudian menjadi teori konspirasi yang populer. 

Pada 2002, pemimpin Korut mendiang Kong Jong-il akhirnya mengakui mereka telah menculik 13 warga Jepang. Lima korban di antaranya direpatriasi atau dikembalikan ke Negeri Sakura. 

Ketegangan terkait itu tersebut masih meninggi antara dua negara. Jepang menolak memberikan akses pada Korut untuk memasuki pelabuhan dan perdagangan. 

Salah satu korban penculikan adalah Megumi Yokota.  Gadis 13 tahun itu diculik agen Korea Utara saat pulang sekolah di Prefektur Niigita. Ia tidak pernah kembali ke rumahnya sejak 15 November 1977.



Pada tahun 1997 seorang pembelot membocorkan rahasia bahwa gadis yang lahir 5 Oktober 1964 itu berada di Pyongyang.  Pada 2004, Korut mengembalikan apa yang mereka sebut sebagai abu jenazah Megumi yang katanya bunuh diri pada 1994. 

Pasangan Yokota memang tak pernah lagi bertemu dengan putrinya. Namun, pada 2014 lalu, mereka bersua dengan cucu mereka, Kim Eun-gyong --putri Megumi di ibukota Mongolia, Ulan Batur.


AS Rekrut Ilmuwan Nazi

Saat Perang Dunia II berakhir dan Perang Dingin di depan mata,  Amerika Serikat dan Rusia berlomba-lomba mengais peninggalan Nazi di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Berharap itu bisa bermanfaat dalam pertempuran. 

Pada 1946, Presiden AS saat itu Harry Truman setuju untuk membawa ilmuwan Jerman ke Negeri Paman Sam, untuk membantu mereka dalam Perang Dingin -- namun mereka yang pernah jadi anggota atau pendukung aktif Nazi dikecualikan dalam program tersebut. 

Pihak Joint Intelligence Objectives Agency (JIOA) di bawah Departemen Perang ditunjuk sebagai penanggung jawab untuk menemukan, menginvestigasi, dan melaporkan ilmuwan Jerman yang berpotensi untuk direkrut. 

Namun, yang dilakukan mereka kemudian justru merekayasa kisah hidup sejumlah ilmuwan, menghapus semua referensi mereka terkait Nazi. 

Lebih dari 1.600 orang Jerman dan keluarganya didatangkan ke AS selama program yang dijalankan pada 1949-1990. 

Setelah menelaah laporan 130 ilmuwan, ditemukan unsur kesengajaan 'untuk mengubah klasifikasi ancaman terhadap keamanan'. 

Salah satu ilmuwan Nazi, Werner von Braun, dikenal memainkan peran penting dalam pengembangan roket V-2 yang menghancurkan Inggris dan Prancis selama Perang Dunia II.



Von Braun dibawa ke AS setelah perang berakhir. Ia bekerja sebagai salah satu direktur di Marshall Space Flight Centre NASA. 

Ia juga mengetuai arsitek peluncuran Saturn V --  roket yang digunakan oleh NASA untuk Program Apollo dan Skylab. Membantu Amerika menuju Bulan. 

Sebelumnya, kala Nazi mencengkeramkan kuasanya di Jerman, sejumlah ilmuwan keturunan Yahudi lari. 

Sebanyak 88 di antaranya tiba di Amerika Serikat. Membawa serta rahasia Nazi. Salah satunya, matematikawan Richard Courant yang terbang ke New York dan mendirikan pusat matematika terapan, Courant Institute of Mathematical Sciences -- yang diambil dari namanya.

Kehilangan para ilmuwan itu adalah luka yang dibuat sendiri oleh Nazi. Membuat mereka kalah dalam perlombaan pengembangan senjata atom. Para pengungsi Jerman memainkan peran kunci, untuk memastikan Amerika Serikat keluar sebagai pemenang.



Kebohongan AS di Vietnam


Laporan 2 konfrontasi antara pasukan Amerika Serikat dan Vietnam Utara di Teluk Tonkin membuat Presiden Lyndon B Johnson geram dan memutuskan untuk memperluas Perang Vietnam. 

Laporan tersebut menyebut, sejumlah torpedo pihak Utara ditembakkan ke kapal induk USS Maddox pada 2 dan 4 Agustus 1964.

Insiden pertama benar adanya. Pada 2 Agustus 1964, Vietnam Utara menyerang  USS Maddox (DD-731) saat kapal tersebut berada di perairan internasional. 

Namun, insiden 4 Agustus 1964 dilingkupi misteri.  Kala itu berhembus spekulasi bahwa peristiwa tersebut direkayasa pihak Pemerintah AS untuk mengobarkan perang.



Apapun, seperti dikutip dari situs History.com, Presiden Lyndon B. Johnson terlanjur memerintahkan serangan balasan dari udara. Secara besar-besaran. Dan pada akhir 1965, 180 ribu pasukan dikirim dari AS ke Vietnam.  Menyusul sekitar 2 juta serdadu kemudian.

Namun, siapa sangka, Perang Vietnam menjadi malapetaka bagi AS yang akhirnya kalah telak. 

Belakangan, sejarawan Badan Keamanan Nasional AS (National Security Agency), kepadaThe New York Times pada 2005 mengungkapkan bahwa NSA sengaja mendistorsi laporan intelijen soal insiden 4 Agustus. Sengaja diplintir. 



Kesaksian Palsu Nayirah

Gadis 15 tahun itu bersaksi di depan sidang Congressional Human Rights Caucus pada 10 Agustus 1990. 

Dengan berurai air mana, Nayirah -- nama gadis itu -- mengaku menyaksikan dengan mata kepala sendiri, tindakan keji pasukan Irak mengeluarkan paksa bayi-bayi dari inkubator di rumah sakit Kuwait. Jiwa-jiwa kecil tak berdosa itu akhirnya tiada. 

Kala itu ia mengaku menjadi relawan di RS al-Addan. "Saya menyaksikan bagaimana serdadu Irak menyerbu rumah sakit sambil membawa senjata. Mereka mengeluarkan bayi-bayi dari inkubator, mengambil inkubatornya, dan membiarkan anak-anak itu tewas di atas lantai yang dingin. Sangat mengerikan," kata dia, menangis. 

Pengakuannya direkam video dan ditayangkan lebih dari 700 saluran televisi di Amerika, membuat hati warga AS perih dan akhirnya mendukung keterlibatan pemerintahnya dalam Perang Teluk.




Kesaksian Nayirah juga digunakan presiden AS dan senator sebagai bukti perlunya meningkatkan keterlibatan Amerika dalam perang. Namun, banyak orang yang tak percaya. 

Dua tahun kemudian, pada 1992, pengakuan Nayirah terbukti bohong besar. 

Belakangan terungkap, Nayirah adalah anggota keluarga kerajaan Kuwait. Berlatar belakang kaum darah biru. Nama belakangnya, al-Sabah. 

Ia adalah putri Dubes Kuwait untuk AS. Pengakuan Nayirah dirancang sebagai bagian dari kampanye 'Free Kuwait' .

Agar kesaksian palsunya meyakinkan, Nayirah mendapat pelatihan dari wakil direktur perusahaan public relations (PR) Hill & Knowlton. 

Namun, ayah Nayirah membela mati-matian putrinya. "Jika saya atau kami ingin berbohong, ingin membesar-besarkan, saya tak akan menggunakan putriku sendiri. Dengan mudahnya saya bisa membayar orang untuk melakukannya," kata dia.


AS Rencanakan Aksi Teroris


Pada tahun 1960-an, ide gila terlintas dalam benak petinggi militer AS: merekayasa serangan teroris di kota di Amerika, menenggelamkan kapal penuh pengungsi dari Kuba, atau pembajakan pesawat AS.

Alasannya, mereka ingin agar warga AS mendukung perang terhadap Kuba. 

Plot 'Operation Northwoods' tersebut disampaikan pada Menteri Pertahanan AS era Pemerintahan Presiden John F. Kennedy. Untungnya, ide tersebut ditolak mentah-mentah.


Rencana jahat tersebut terungkap ketika dokumen rahasia militer setebal 1.521 halaman diungkap pada publik pada 1997. 

"Kita bisa meledakkan kapal AS di Teluk Guantanamo dan menyalahkan Kuba," demikian isi dokumen tersebut. 

Ada rancangan lain untuk meningkatkan dukungan intervensi AS di Kuba, termasuk 'memprovokasi' warga Kuba atau menyalahkan pihak Havana terkait potensi kematian orang Amerika pertama yang dikirim di luar angkasa, John Glenn. "Atau mungkin kita bisa meledakkan roket yang akan menewaskan Glenn." 

Detil rencana tersebut dideskripsikan dalam 'Body of Secrets (Doubleday)', buku yang ditulis jurnalis investigasi James Bamford.



Pemerintah AS Menebar Racun

Aturan 'The Prohibition', larangan menjual, memproduksi, dan mengimpor alkohol diterapkan di AS pada 1920. 

Namun, itu tak mencegah orang Amerika untuk menenggak minuman keras. Alkohol seringkali disuling dengan ngawur, sehingga mengandung logam berat yang bisa mengarah pada penyakit bahkan kebutaan. 

Satu per satu orang tewas gara-gara alkohol. Rumor pun menyebar, bahwa pemerintah sengaja meracuni minuman keras, sebagai langkah putus asa menghadapi peningkatan jumlah orang yang meminumnya. 

Pemerintah disebut diduga membuat formula yang menjadikan alkohol tak layak bahkan berbahaya untuk dikonsumsi. Misalnya menambahkan minyak tanah, bensin, seng, dan bahan kimia mematikan lain dalam campurannya.


Pemeriksa medis New York, Charles Norris mengungkap hasil temuannya setelah ia ditugaskan untuk melakukan uji toksikologi terhadap alkohol beracun. 

Sementara, Senator Missouri, James Reed secara terang-terangan menentang aturan 'The Prohibition'. Setidaknya 10 ribu orang tewas saat aturan tersebut diterapkan hingga akhirnya dicabut kemudian pada 1933. (Ein/Tnt)

5-11-1925: Eksekusi 'James Bond' Asli, Intel Pemikat Wanita

Sidney Reilly mendadak menghilang di tengah misi rahasia di Uni Soviet. Kala itu negara-negara Barat berniat menggulingkan pemerintahan kaum revolusioner Bolshevik.

Belakangan terungkap, ia dieksekusi agen Uni Soviet di sebuah hutan dekat Moskow yang berakhir pada Rabu, 5 November 1925.

Meski lama jadi mendiang, Reilly 'dibangkitkan kembali' dalam sosok lain: James Bond, agen rahasia dengan sandi 007 yang melegenda.

Pengarang James Bond, Ian Fleming adalah pengagum Sidney Reilly.


Foto: 007.com

Reputasinya sebagai mata-mata tak terbantahkan. Reilly bekerja untuk British Secret Service Bureau -- cikal bakal British Secret Intelligence Service (MI6). Ia juga pernah mendapat penghargaan Military Cross atas misinya di Rusia.

Namun, sejumlah pihak menduga ia adalah agen ganda, atau lebih dari itu, menjadi intel bagi 4 negara sekaligus!

Seperti kemampuannya untuk menyamar dan mengubah penampilan, biografi Reilly bercampur antara fakta dan fiksi.

Jalan hidupnya sungguh tak masuk di akal.

Salah satunya dilukiskan dalam buku On His Majesty's Secret Service: Sidney Reilly Codename ST1 yang ditulis Andrew Cook. Di sana ia digambarkan sebagai penipu, pembunuh, dan perayu wanita -- alih-alih sebagai pahlawan Inggris.
Cook mengaku punya bukti bahwa Reilly membunuh Hugh Thomas pada 1898 agar ia bisa menikahi jandanya yang bergelimang harta warisan.

Reilly bahkan menyamar jadi dokter setempat untuk menandatangani sertifikat kematian korbannya.

Kisah cintanya pun ruwet. Ia diketahui menikah 4 kali. Tiga pernikahannya bahkan dalam situasi bigami alias beristri 2.
Reilly seorang playboy. Dia setidaknya memiliki 19 pacar. Sama seperti halnya James Bond, pria itu gemar berjudi.
Untuk menulis bukunya itu, Cook mengaku melihat dokumen-dokumen MI5 dan MI6, juga milik biro investigasi Amerika Serikat -- cikal bakal FBI -- yang mendeskripsikan Reilly sebagai penipu paling ulung di dunia.


Sidney Reilly menjadi legenda dalam dunia spionase (Wikipedia)

"Sepengetahuanku, Reilly tak pernah membunuh siapa pun terkait tugasnya sebagai mata-mata," kata Cook. "Satu-satunya pembunuhan yang ia lakukan adalah demi memenuhi kantongnya. Ia agen yang hebat tapi juga seorang kriminal," ujarnya.

Kemampuannya memutarbalikkan fakta, juga kemampuannya bicara dalam 7 bahasa, membuat Reilly orang yang cocok direkrut sebagai mata-mata.

Latar belakangnya pun kabur. Reilly punya banyak versi soal itu: anak saudagar atau pemuka agama Irlandia, putra aristokrat pemilik tanah, atau kerabat Tsar Rusia Alexander III.

Menurut harian Ukrainian, Segodnya, ia terlahir sebagai Zigmund Markovich Rozenblum pada 24 Maret 1874 di Odessa, kota pelabuhan di bawah kekaisaran Rusia.
Sumber lainnya menyebut, Reilly terlahir sebagai Georgy Rosenblum di Odessa pada 2
4 Marey 1873 atau 1874. Sementara, Andrew Cook menyebut, Reilly lahir pada 24 Maret dari keluarga Yahudi.


Dibunuh Atas Perintah Stalin


Sepak terjang Sidney Reilly membuatnya jadi inspirasi James Bond
Dibunuh atas Perintah Stalin

Kematian sang mata-mata besar pun diliputi misteri. Rumor menyebut Sidney Reilly berhasil lolos dan bahkan konon membelot dan jadi penasihat mata-mata Uni Soviet.

Namun, Cook mengaku punya bukti sahih, sang mata-mata tenar tamat dieksekusi pihak lawan.

Hal itu terungkap dari pengakuan Boris Gudz yang ambil bagian dalam operasi menyeret sang agen ke Moskow pada 1925.

"Gudz adalah saksi mata yang memberikan bukti meyakinkan tentang bukti kematian Reilly," kata Andrew Cook, seperti dikutip dari Guardian.

Eksekutornya adalah agen badan mata-mata Uni Soviet (OGPU) -- cikal bakal KGB -- Ibrahim Abissalov dan Grigory Syroezhkin. Menurut Gudz, Sidney Reilly dibunuh atas perintah langsung dari Stalin.

Sam Neill bermain sebagai Sidney Reilly dalam miniseri 'Reilly, Ace of Spies ' (Wikipedia)

Reilly diketahui masuk ke Rusia melalui The Trust. Intelijen Barat menyakini, organisasi bawah tanah itu mencoba menggulingkan pemerintahan Bolsheviks.

Faktanya, The Trust adalah ciptaan Felix Dzerzhinsky, pendiri agen mata-mata KGB. Reilly masuk jebakan.

Selain eksekusi 'James Bond' di dunia nyata, tanggal 5 November dikenang dalam sejarah untuk sejumlah alasan.

Pada 1912, Woodrow Wilson terpilih sebagai Presiden AS. Sementara, pada 1943, Vatikan dibom di tengah Perang Dunia II.

Pada 5 November 2007, China meluncurkan satelit pertamanya ke Bulan, Chang'e. Pada tanggal yang sama tahun 2013, India meluncurkan wahana antarplanet pertamanya:Mars Orbiter Mission. (Ein/Ans)*

Minggu, 07 Agustus 2016

palestina tempo dulu




BANGSA yang pertama kali menghuni wilayah Palestina adalah bangsa Kan’an. Mereka datang dari Jazirah Arab sejak 4500 tahun yang lalu. Sehingga pada awalnya Palestina disebut Negeri Kan’an. Bangsa Palestina yang ada sekarang ini adalah anak keturunan bangsa Kan’an yang sebahagiannya berasal dari keturunan bangsa Timur Laut Tengah “PLST” atau bangsa Palestina serta kabilah-kabilah Arab yang berasimilasi dengan bangsa Kan’an.






Meski dari waktu ke waktu Palestina pernah diperintah oleh berbagai penguasa dari bangsa yang berbeda-beda, akan tetapi penduduk asli Palestina tetap berdomisili dan tidak pernah meninggalkan bumi Palestina. Atas kesadaran sendiri, mayoritas penduduk Palestina akhirnya memeluk Islam. Dan seiring dengan datangnya Islam ke Palestina mereka pun mulai bersentuhan dan berkomunikasi dengan bahasa Arab. Maka, jadilah Islam sebagai identitas negeri Palestina terlama sepanjang sejarah. Dimulai sejak sejak ekspansi Islam tahun 15 H/ 636 M dimasa kekhalifahan Umar bin Khattab hingga saat ini. Meski sejak tahun 1948 sebagian besar penduduknya diusir oleh penjajah Zionis.

Klaim Sejarah Yang Dibuat-buat






 

Klaim-klaim hak sejarah yahudi di Palestina bertolak belakang dengan hak bangsa Arab-Muslim Palestina. Merekalah anak keturunan bangsa Palestina yang telah memakmurkan negeri ini sejak 1500 tahun sebelum Bani Israel membangun negara mereka (Kerajaan Daud) dan ketika mereka berkuasa bahkan ketika kekuasaan Yahudi terputus hingga saat ini, bangsa Palestina tetap mendiami tanah leluhur mereka.

Bani Israil hanya memerintah sebagian wilayah saja dari Palestina (dan bukan seluruhnya) selama kurang lebih empat abad lamanya (terutama sejak 1000-586 SM) setelah wafatnya Sulaiman as. Tahun 923 SM, kerajaan Bani Israel terpecah menjadi dua bagian: Kerajaan Israel di Utara yang jatuh tahun 722 SM ke tangan Bangsa Asyuria dan kerajaan Yehuda yang jatuh ke tangan Babilonia tahun 586 SM). Setelah itu hilanglah kekuasaan mereka, kemudian secara silih berganti Palestina diperintah oleh bangsa Asyuria, Persia, Firaun, Yunani, Romawi. Dan selama masa-masa itu bangsa Palestina tetap teguh untuk tinggal di negeri mereka, Palestina. []





Sumber: al Haqaaiq wa ats Tsawabit fil Qadliyyah al Filisthiniyyah / Karya : Dr. Muhsin Muhammad Shaleh /Penerjemah : Heri Efendi, Lc/ Editor : M. Lili Nur Aulia