Tugas : Program Kehidupan
Dosen : Bpk Junaidi
Nama : Nurahman
NPM : 201014500618
Kelas : XF
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
Universitas Indra Prasta PGRI ( UNINDRA )
Program studi : Pendidikan Ekonomi
Mata kuliah : Sejarah Pendidikan Jati Diri PGRI (SPJD PGRI)
Alamat :
Jl. Nangka No.58C Tanjung Barat ( TB Simatupang )
Jaga karsa – Jakarta Selatan 12530
Tlp. ( 021 ) 7818718
PROGRAM KEHIDUPAN
1. Pendidikan
Assalamualaikum, nama saya Nurahman. Saya sekarang menempuh kuliah di Universitas Indra Prasta PGRI (UNINDRA). Pendidikan sekolah dasar saya, saya jalani di Pekalongan sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Saya lanngsung masuk kelas satu tanpa melalui pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) seperti anak-anak sekarang. Masa-masa itu kalau aku ingat adalah masa-masa yang sangat menyenagkan. Saya mulai banyak teman yang belum pernah saya kenal sebelumnya, maklum sekolah saya ada di dusun tetangga.
Oh iya, perlu saya jelaskan di daerah saya satu desa terdiri atas beberapa dusun. Jadi di samping kepala desa (kades) didaerah saya juga ada yang namanya kepala dusun (kadus) yang merupakan bawahan kepala desa. Jabatan kadus atau kepala dusun biasanya cuma jabatan seremonial saja, maksudnya jabatan yang tidak mempunyai anak buah atau bawahan. Jabatan kadus hanya untuk melambangkan bahwa nama dusun yang bersangkutan masih diakui keberadaannya alias tidak dihapus. Dulu katanya dusun itu adalah sebuah desa juga yang kemudian di gabung menjadi satu. Rt dan Rw serta perangkat desa lainnya langsung bertanggung jawab kepada kepala desa tidak melalui kepala dusun.
Kembali kemasalah pendidikan, masa-masa sekolah dasar saya sangat menyenagkan dan sangat indah tentunya untuk dikenagkan. Apa lagi saya termasuk anak yang selalu mendapat renking pertama disekolah dari kelas satu sampai kelas lima, baru setelah kelas enam dominasi saya tergusur oleh saingan yang juga merupakan teman dekat saya sendiri. Dari kelas satu saya emang selalu bersaing dengan teman saya yang satu ini, dia biasanya selalu jadi rangking duanya. Baru setelah berjuang selama enam tahun dia baru bisa menggusur saya dari tahta, hehehehe…
Kebiasaan saya sehari-hari di masa kanak-kanak kala itu adalah bangun tidur pas dengar adzan subuh. Bangun, shalat subuh di rumah (maklum masjid atau mushola ditempat saya letaknya jauh dari rumah dan saya saat itu takut kalo subuh-subuh mesti pergi ke masjid), tapi kadang juga bangunnya kesiangan ampe pukul enam pagi. Saya berangkat sekolah pukul tujuh pagi dan sekolah masuk pukul tujuh lewat lima belas menit. Pulang sekolah kalau tidak salah pukul dua belas lewat dua puluh lima menit. Setelah pulang sekolah saya makan siang kemudian pergi shalat dhuhur di masjid terdekat. Setelah itu tidur siang, dan bangun menjelang ashar. Setelah shalat ashar, saya pergi bermain dengan teman-teman dan pulang sekitar pukul lima sore, kemudian mandi sore. Setelah berpakaian rapi menjelang magrib pergi ke masjid untuk beribadah shalat magrib sekalian mengaji disana, pulangnya setelah shalat Isyak. Setelah pulang dari masjid saya belajar tentang pelajaran yang akan dibahas besok pagi serta mengerjakan PR kalau ada PR.
Setelah belajar kira-kira dari pukul tujuh sampeai pukul delapan malam, kadang kalau ada PR sampai pukul sembilan. Saya kemudian membereskan perlengkapan sekolah dan juga menyiapkan perlengkapan jadwal mata pelajaran besok pagi. Kalau sudah beres semua saya baru cuci tangan dan cuci kaki untuk kemudian tidur, serta tak lupa baca do’a dulu sebelum tidur tentunya. Begitulah kebiasaan saya sewaktu duduk di bangku sekolah dasar.
Cita-cita saya dulu sewaktu masih duduk dibangku sekolah dasar adalah ingin menjadi tentara. Disamping badan saya yang memang bongsor yang kata orang-orang tua di tempat saya dulu cukup menunjang cita-cita saya tersebut, menjadi tentara merupakan suatu kebanggaan. Di daerah saya disamping di kagumi karena terlihat sangat gagah, tentara juga sangat di hormati dan disegani, serta ditakuti juga tentunya.
Dulu sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar, saya sering di kirim untuk mengikuti berbagai lomba mewakili sekolah. Diantaranya adalah lomba cerdas cermat tingkat sekolah dasar, lomba murid teladan, dan lomba olah raga yang di tempat saya di kenal dengan sebutan Tri Lomba atau Tiga Lomba, meliputi olah raga lari seratus meter, lompat jauh, dan melempar bola yang besarnya kira-kira sebesar bola kasti ( mirip olah raga tolak peluru, Cuma kaloau tolak peluru yang di lempar bola besi sedangkan ini karena mungkin masih anak-anak yang dilempar bola biasa ). Biasanya kami hanya bias maju sampai tingkat kecamatan saja. Di tingkat kecamatan kami hamper selalu bias dikalahkan oleh anak-anak dari kota yang sekolahnya punya fasilitas lebih lemgkap dari sekolah kami.
Saya lulus sekolah dasar dengan nilai yang cukup memuaskan, walaupun disekolah saya peringkatnya turun dari yang dari kelas satu selalu jadi rangking pertama kini lulus hanya menempati rangking kedua. Walaupun agak kecewa karena teman-teman yang gak suka padaku banyak yang mengejek, secara umum nilai saya cukup bagus. Saya masuk ke Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) faforit ditempat kami, yaitu SMPN I yang merupakan sekolah dambaan anak-anak ditempat kami. Di sekolah menengah pertama, tak ada kenangan yang menarik untuk diceritakan karena karena prestasi saya terus menurun dan saya lulus dengan nilai yang kurang memuaskan. Cita-cita saya untuk menjadi tentarapun harus ku kubur dalam-dalam dan akupun kemudian bingung karena tak punya cita-cita cadangan.
Setelah lulus sekolah menengah pertama aku diajak orang tua untuk merantau ke Jakarta. Baru empat tahun kemudian saya melanjutkan sekolah yang setara dengan Sekolah Menengah Umum atau SMU, tepatnya saya melanjutkan sekolah kesebuah pesantren di Jakarta. Walaupun saya sekolah di Pesantren saya tidak tidur di Asrama, saya berangkat pagi dan pulang setelah pelajaran selesai karena harus membantu orang tua di rumah. Saya lulus dari pesantren dengan ijasah persamaan setara SMU.
Setelah lulus SMU saya diterima bekerja di sebuah perusahaan yang menjual asesoris ponsel dan asesoris computer. Setelah saya bekerja disini lambat laun saya mulai menemukan jati diri saya kembali, saya mulai berani berangan-angan menggantung cita-cita untuk bias menjadi pengusaha seperti boss saya. Saya mulai menyisihkan sebagian gaji saya untuk di tabung untuk kelak dijadikan modal untuk berwiraswasta. Atas saran teman-teman saya, saya di anjurkan untuk kuliah untuk menambah wawasan pengetahuan, dan tiga tahun kemudian tepatnya tahun 2010 saya masuk kuliah ke Universitas Indra Prasta PGRI (UNINDRA). Demikianlah saya menempuh kuliah di UNINDRA dengan harapan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
2. Pekerjaan
Walaupun status saya saat ini masih sebagai karyawan, saya punya cita-cita untuk menjadi Pengusaha yang sukses. Untuk menggapai hal itu saya berusaha mempersiapkan diri untuk sesuatu yang bias menunjang cita-cita saya tersebut. Disamping belajar di bangku kuliah saya belajar mengenai seluk-beluk perusahaan kepada para atasan saya, tidak dengan terang-terangan tentunya. Selain itu saya juga banyak membaca buku tentang motivasi untuk memotivasi diri saya sendiri agar lebih bersemangat dalam menggapai cita-cita baru saya tersebut.
3. Harta
Bagi saya, diri saya sendiri dan keluarga adalah harta yang tak ternilai. Tuhan telah menganugrahi saya tubuh yang sempurna tiada cacat suatu apa. Ini adalah asset yang tak boleh disia-siakan. Di samping aku gunakan untuk bekerja mencari nafkah, saya selalu memberikan asupan makanan jasmani seperti makan makanan yang halal dan bergizi dan makanan rokhani seperti shalat lima waktu berusaha untuk selalu tepat waktu terkadang ditambah shalat tahajud. Saya juga tak lupa menginfaqkan sebagian harta (uang) yang saya punya kepada mereka yang membutuhkan.
4. Distribusi
Masalah distribusi, disamping buat kepeluan sehari-hari seperti makan dan sebagainya, Gaji yang saya dapat dari hasil kerja, saya gunakan untuk bayar kuliah, beliin keperluan sekolah adik-adik karena saya masih punya adik yang masih sekolah, memberi orang tua biarpun cuma sedikit, dan tidak lupa menyisakannya untuk ditabung. Kalo bicara cukup atau tidak cukup rasanya tidak akan pernah cukup, tapi kalo kita syukuri segala apa yang telah kita punya Insya Allah akan cukup. Oh iya, perlu diketahui saya ini masih tinggal serumah dengan orang tua. Jadi kalau ada apa-apa peran orang tua sebenarnya masih dominan. Kalo saya ngasih uang ke orang tua sebenarnya Cuma ingin menyenagkan hati beliau, karena kalo dihitung-hitung biaya makan yang dikeluarkan oleh orang tua aja tak sepadan dengan uang yang aku berikan untuk beliau. Tapi untuk saat ini hanya sebatas itulah yang bias aku berikan kepada orang tua. Semoga dikemudian hari aku bisa berbakti dan membahagiakan mereka berdua, amiin
5. Keluarga
Ber-keluarga adalah fitrah setiap manusia. Maka tatkala kaum wanita Barat meneriakkan NOMAR ( No Married ) dan DINK ( Double Income No Kids ) hancurlah sendi-sendi keluarga di sana. Majalah Times ( edisi 28 Juni 1983 ) mengungkapkan bahwa 40 % dari seluruh anak-anak di AS yang lahir antara tahun 1970-1984 menghabiskan masa kanak-kanak mereka tampa kasih sayang orang tua -karena orang tua mereka bercerai atau karena orang tua mereka ( memang ) tidak pernah menikah. Majalah Fortune ( edisi 2 September 1995 ) mengungkapkan banyaknya wanita eksekutif di Barat yang mengalami stress. Mereka merasakan kekecewaan, ketidak puasan dan kekhawatiran , sehingga hidup dan jiwa mereka menjadi kacau. Bahkan umumnya mereka mengalami perceraian dan gangguan hubungan sosial dalam keluarga.
Lebih jauh lagi, Jurnal The Economist edisi September 1995 memberitakan fakta bahwa di negara Eropa Utara, institusi keluarga tengah mengalami keruntuhan. Di Swedia dan Denmark, setengah dari bayi-bayi- lahir- dari ibu yang tidak menikah. Setengah dari perkawinan di Swedia dan Norwegia berakhir dengan perceraian, dan orang tua yang tidak menikah lagi karena sudah bercerai tiga kali lebih banyak dari jumlah perkawinan. Akibatnya jumlah orang tua tunggal meningkat sampai 18 % pada tahun 1991. Istilah single parent ( orang tua tunggal ) dan nuclear family ( keluarga inti ; yang hanya terdiri dari ayah dan ibu ) menggambarkan betapa sepi dan keringnya fungsi kekeluargaan dalam masyarakat modern ( Barat ).
Dari Dokumen Rencana Aksi pada saat Konferensi Beijing yang lalu ( 1995 ) membuktikan kesuksesan tuntutan para ‘feminist’ yang menginginkan kebebasan bagi para wanita dalam menentukan bentuk dan komposisi keluarga ( apakah orang tua tunggal atau orang tua dari pasangan sesama wanita ) , kebebasan orientasi seksual ( apakah heteroseksual ataupun homo seksual ) dan kebebasan reproduksi ( punya anak atau tidak ). Serta masih banyak lagi suara sumbang kaum ‘feminist’ yang memporak porandakan dan menjungkir balikkan konsep keharmonisan keluarga dalam suatu masyarakat. Dan karena semua itu adalah suara kebebasan yang tercetus dari ide kapitalisme ( yang rusak ) maka tidaklah terlalu mengherankan apabila ‘ gerakan ‘ tersebut mengakibatkan krisis nilai-nilai keluarga bagi masyarakat manapun yang menerapkan ide tersebut.
Dalam pandangan manapun, keluarga dianggap sebagai elemen sistem sosial yang akan membentuk sebuah masyarakat. Adapun lembaga perkawinan, sebagai sarana pembentuk keluarga adalah lembaga yang paling bertahan dan digemari seumur kehadiran masyarakat manusia. Perbedaan pandangan hidup dan adat istiadat setempatlah yang biasanya membedakan definisi dan fungsi sebuah keluarga dalam sebuah masyarakat Peradaban suatu bangsa bahkan dipercaya sangat tergantung oleh struktur dan interaksi antar keluarga di dalam masyarakat tersebut.
Alhamdulillah saya sendiri termasuk dibesarkan dalam keluarga yang boleh di kata cukup bahagia. Walaupun orang tua kami tidak kaya raya, tapi kami tidak pernah kekurangan. Saya sendiri adalah anak pertama dari enam bersaudara, laki-laki tiga temasuk aku, dan perempuannya tiga. Yang palin kecil saat sudah duduk di bangku SLTP. Saya sebagai anak yang tertua hingga saat ini belum menikah. Tapi saya bercita-cita suatu saat nanti akan membentuk sebuah keluaraga yang Sakinah, mawadah, warakhmah, amiin. Demikian program kehidupan saya, tentu saja masih banyak kekurangan dan saya membutuhkan sebuah kritik yang membangun, Akhir kata saya Ucapkan Wassalam mualaikum warokhmatullahiwabarokatukh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar