Rabu, 22 Mei 2013

Peran Manajer Dalam Mengelola Konflik Organisasi atau Perusahaan



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Penelitian
            Peranan manajer/pemimpin dalam suatu organisasi itu sangatlah penting karena keberadaan manajer menjadi palang pintu atau menjadi salah satu ujung tombak dari keberhasilan dalam berorganisasi. Salah satu tugas atau peran majaner yaitu harus bisa mengelola konflik dalam organisasi yang dipimpinnya sehingga setiap konflik itu bisa diselesaikan dengan baik dan tidak ada yang merasa dirugikan. Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.
            Bagai panglima perang di era global yang sarat kompetisi, seorang manajer mengemban tugas menjamin ketersediaan, keakuratan, ketepatan, dan keamanan informasi serta pengaturan organisasi yang baik serta yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sekaligus meningkatkan eksistensi organisasi di tengah-tengah lingkungannya. Keberhasilan menjalankan tugas ini mensyaratkan manajer mempunyai kemampuan multidisiplin. Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan (1996 : 156) mengemukakan tiga macam peran pemimpin/manajer yang disebutnya dengan “3A”, yakni alighting (menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya), aligning (menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju kearah yang sama), serta allowing (memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara mereka bekerja).

B.   Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :
  1. Untuk mengetahui peranan manajer terhadap pengelolaan konflik organisasi
  2. Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan dan kebijakan manajer terhadap pengelolaan konflik organisasi.

C.   Pokok Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, maka pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi “Bagaimana Peranan Manajer Dalam Megelola Konflik Organisasi atau Perusahaan”.

D.   Tujuan dan Manfaat Penelitian
  1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap dan tindakan serta untuk mengetahui bagaimana kebijakan serta proses pengambilan keputusan dari Manajer. Sehingga dapat menjadi ilmu dan pengetahuan lebih dari apa yang sudah kami didapat.
  1. Manfaat Penelitian
Makalah ini diharapkan bisa member manfaat dan  referensi bagi kita semua khususnya para pemimpin pemula agar tahu cara mengelola konflik Organisasi.




BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A.               Kajian Pustaka

1.      Pengertian Manajer
            Manajer adalah seorang yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian pada suatu perusahaan atau organisasi. Manajer memimpin beberapa unit bidang fungsi pekerjaan. Pada perusahaan yang berskala kecil mungkin cukup diperlukan satu orang manajer umum yang juga merangkap sebagai pemilik perusahaan, sedangkan pada perusahaan atau organisasi yang berkaliber besar biasanya memiliki beberapa orang manajer yang bertanggung-jawab pada area tugas yang berbeda-beda.

2.      Etika manajerial
            Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin:
  1. Perilaku terhadap karyawan
  2. Perilaku terhadap organisasi
  3. Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
3.      Peran Manajer
            Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
  1. Peran antar pribadi
Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
  1. Peran informasional
Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
  1. Peran pengambilan keputusan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding. Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.

4.      Keterampilan Manajer
            Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
  1. Keterampilan konseptual (conceptional skill). Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
  2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill). Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
  3. Keterampilan teknis (technical skill). Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.

5.      Pengertian Konflik Organisasi
            Menurut Baden Eunson (Conflict Management, 2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis konflik:
  1. Konflik vertical, yaitu konflik yang terjadi antara atasan dan bawahan. Antara pemimpin dengan yang di pimpinnya.
  2. Konflik Horisontal, yaitu konflik yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan pemasaran.
  3. Konflik di antara staf lini, yaitu konflik yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara divisi perbelanjaan dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi perbelanjaan hanya mampu menyediakan produk yang jumlahnya terbatas.
  4. Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi antar karyawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.

6.      Penyebab Konflik
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut:
  1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas
  2. Hambatan komunikasi
  3. Tekanan waktu
  4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
  5. Pertikaian antar pribadi
  6. Perbedaan status
  7. Harapan yang tidak terwujud

B.   Kerangka Berfikir
1.      Terdapat hubungan antara perbedaan individu, perbedaan latar belakang, perbedaan kepentingan, dan perbedaan status dengan konflik dalam organisasi.
2.      Konflik bisa terjadi  antar karyawan, antara karyawan dengan atasan, dan antara karyawan dengan konsumen
3.      Terdapat berbagai macam cara  kebijakan  manajer dalam mengelola/menangani konflik di dalam suatu organisasi atau perusahaan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Cara/tekhnik Pengumpulan Data
            Cara/tekhnik pengumpulan data dalam makalah ini menggunakan pendekatan pola penelitian berupa pengumpulan data dan berupa teori yang di ambil dari internet, serta hasil observasi dilapangan yang ada tentang peranan manajer dalam pengelolaan konflik dalam suatu organisasi atau Perusahaan.

B.   Cara/tekhnik Pengolahan Data
            Data diolah dengan menggunakan Microsoft Office Word dan ditulis dalam bentuk Makalah.

C.    Tempat Penelitian
            Tempat penelitian ini berada di perusahaan Gallery Ponsel yang beralamat di Jl. Haji Ung dalam Utan panjang  Kemayoran Jakarta  Pusat.

D.   Populasi dan Sampel
1.   Populasi Penelitian
            Keseluruhan subjek penelitian. Dalam hal ini seluruh keluarga besar Galery Ponsel, dari Manajer, Staf, dan seluruh Karyawan

2.   Sampel Penelitian
            Sampel penelitian diambil dengan tekhnik wawancara kepada Manajer dan sebagian karyawan sebagai wakil populasi obyek yang diteliti. Dalam hal ini kami meminta pandangan  karyawan terhadap kepemipinan sang manajer dalam mengelola konflik di Galery Ponsel

E.   Analisis Data
            Dari hasil penelitian yaitu berupa pengumpulan data yang ada baik yang dari internet, data yang dari wawancara dan pengamatan peneliti serta data pendukung lainya maka metode analisis datanya berupa semua hal yang ada berupa analisis berdasarkan kualitatifnya. Selain itu peneliti juga menggunakan analisis deskriptif yang menggambarkan keadaan yang ada.











BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.   Deskripsi Obyek Penelitian

            Obyek yang kami teliti adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jual-beli telepon seluler atau ponsel yang sudah mempunyai cabang di banyak tempat, khususnya di Jakarta. Dalam perusahaan tersebut pemilik merangkap sebagai Manajer Perbelanjaan dan Manajer Pemasaran, di kantor terdapat beberapa karyawan yang bekerja sebagai  staf administrasi, dan sebagai ujung tombak di lapangan terdapat banyak karyawan yang tentu saja bertugas sebagai penjual. Latar belakang mereka sangat berbeda-beda, ada yang berasal dari Lampung, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Latar belakang pendidikan merekapun berbeda-beda. Ada yang lulusan SLTP, SMU, bahkan hanya lulusan SD.

            Dengan latar belakang yang demikian beragam, tentu saja konflik sering terjadi. Baik dikarenakan intonasi suara yang menurut pembicaranya sudah sopan tapi dinilai pihak lain kasar. Demikian juga kalo ada yang berbicara dengan bahasa daerah, ada karyawan lain  yang merasa tersinggung di kira sedang membicarakan dirinya. Belum lagi hubungan mereka dalam melayani  konsumen, terkadang mereka akan terlibat konflik baik dengan konsumen langsung maupun dengan rekan sendiri yang maksudnya mungkin mau mengingatkan tapi ditanggapi berbeda.


B.   Analisis
           Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompok atau rekan kerjanya. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
            Dalam hal ini menjadi tugas seorang Manajerlah agar bisa membantu mengelola konflik untuk memecahkan persoalan-persolan mereka, disamping persoalan-persoalan yang ada hubungannya dengan perusahaan tentunya. Berbagai kemampuan tersebut memang harus dimiliki oleh seorang manajer. Apalagi, tantangan sebagai manajer tidaklah ringan. Pertama, implemetansi organisasi memerlukan proses transformasi baik proses perkembangan suatu organisasi. Di sini informasi adalah hasil pengolahan data yang relevansinya sangat tergantung kepada waktu. Kedua, kesiapan SDM untuk dapat memanfaatkan peluang yang memerlukan pengembangan kompetensi baru dan disiplin. Ketiga, pengelolaan perubahan (change management) baik yang sifatnya sistemik maupun tidak sistemik.

C.   Pembahasan

1.      Peran Manajer Dalam Manajemen Konflik
            Dalam upaya penanganan konflik sangat penting dilakukan, hal ini disebabkan karena setiap jenis perubahan dalam suatu organisasi cenderung mendatangkan konflik. Perubahan institusional yang terjadi, baik direncanakan atau tidak, tidak hanya berdampak pada perubahan struktur dan personalia, tetapi juga berdampak pada terciptanya hubungan pribadi dan organisasional yang berpotensi menimbulkan konflik. Di samping itu, jika konflik tidak ditangani secara baik dan tuntas, maka akan mengganggu keseimbangan sumberdaya, dan menegangkan hubungan antara orang-orang yang terlibat.

2.      Pandangan Manajer Mengenai Konflik
            Terdapat tiga pandangan mengenai konflik. Hal ini disebabkan karena adanya pandangan yang berbeda mengenai apakah konflik merugikan, hal yang wajar atau justru harus diciptakan untuk memberikan stimulus bagi pihak-pihak yang terlibat untuk saling berkompetisi dan menemukan solusi yang terbaik. Pandangan itu adalah sebagai berikut :
  1. Pandangan Tradisional Pandangan ini menyatakan bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dilihat sebagai sesuatu yang negatif, merugikan dan harus dihindari. Untuk memperkuat konotasi negatif ini, konflik disinonimkan dengan istilah  destruction, dan irrationality.
  2. Pandangan Hubungan Manusia. Pandangan ini berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena itu keberadaan konflik harus diterima dan dirasionalisasikan sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi peningkatan kinerja organisasi.
  3. Pandangan Interaksionis.. Pandangan ini cenderung mendorong terjadinya konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok yang koperatif, tenang, damai, dan serasi, cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimun secara berkelanjutan, sehingga kelompok tetap bersemangat (viable), kritis-diri (self-critical), dan kreatif.

3.      Pengelolaan Konflik
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :
  1. Disiplin : Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
  2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan : Konflik dapat dikelola dengan mendukung pegawai/anak buah untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya : pegawai junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan, kursus dansebagainya untuk bisa menapak ke kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi pegawai senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
  3. Komunikasi : Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
  4. Mendengarkan secara aktif : Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.

4.      Teknik Atau Keahlian Untuk Mengelola Konflik
Ada beberapa pendekatan dalam resolusi konflik yaitu tergantung pada :
  1. Konflik itu sendiri
  2. Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
  3. Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik
  4. Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
  5. Ketersediaan waktu dan tenaga


5.      Petunjuk Pendekatan Situasi Konflik
Ada beberapa pendekatan situasi konflik, diantaranya :
  1. Diawali melalui penilaian diri sendiri
  2. Analisa isu-isu seputar konflik
  3. Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri.
  4. Atur dan rencanakan pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik
  5. Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat
  6. Mengembangkan dan menguraikan solusi
  7. Memilih solusi dan melakukan tindakan
  8. Merencanakan pelaksanaannya

6.      Strategi Dalam Menyiasati Konflik
  1. Menghindar
            Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
  1. Mengakomodasi
            Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Pegawai/anak buah yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
  1.  Kompetisi
            Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
  1. Kompromi atau Negosiasi
            Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.

  1.  Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
1)      Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
2)      Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
            Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran manajer dalam mengelola konflik dalam suatu organisasi itu sangan penting diantaranya:
  1. Manajer sebagai mediator dalam memecahkan masalah
  2. Manajer sebagai konsultan terhadap bawahan
  3. Manajer sebagai motivator terhadap organisasinya
  4. Manajer mempunyai peran penting dalam pengambil keputusan
  5. Seorang manajer diharuskan bisa menguasai semua permasalahan dan dapat diselesaikan dengan musyawarah dan pemikiran yang baik sebelum memutuskannya.
            Selain itu seorang manajer juga diharapkan bisa menjadi teman sekaligus sebagai orang tua dalam organisasi sehingga dengan keadaan seperti itu perkembangan organisasi bisa diciptakan dengan baik dan dapat mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi dalam organisasinya.
B.  Saran
Selama penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada beberapa saran yang bisa menjadi masukan yaitu:
  1. Manajer seharusnya bisa mengontrol apa saja yang dilakukan oleh anggota lainnya sehingga dengan begitu manajer secara langsung dapat mengetahui perkembangan yang terjadi dan tidak dilepas begitu saja.
  2. Manajer seharusnya bisa membimbing dan mengarahkan dengan baik sehingga organisasi yang dipimpinnya bisa berkembang dan menjadi lebih baik sesuai yang diharapkan.
  3. Jika salah seorang dalam organisasi melakukan kesalahan maka segera ditindak dan diarahkan untuk tidak melakukannya sampai terulang kembali.
  4. Manajer bisa memberikan solusi yang terbaik untuk organisasinya.



















DAFTAR PUSTAKA
ü  Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
ü  Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
ü  M. Herujito, Yayat. 2006. Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: PT. Grasindo.
ü  K. Rampersad. Hubert, 2006. Total Performance Scorecard. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
ü  A. Judge. Timothy dan Stephen P. Robbins. 2008. Prilaku Organisasi, Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat..
ü  Peran manajer from: www.wikipedia.org
ü  Tugas dan wewenang manajer from: www.google.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar