Rabu, 22 Mei 2013

PESERTA DIDIK MENURUT ISLAM DAN UMUM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya seperti tertera pada surat Ar-Rum ayat 30:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS.30:30)
Muhammad Thahir bin Asyur (2003) dalam tafsirnya Al-Tahrir tentang surat Ar-Rum di atas sebagaimana  Fitrah adalah bentuk dan sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya (serta ruhnya).
Agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan berakhlak mulia,diperlukan pengarahan pendidikan agama guna meningkatkan potensi spiritual, Akhlak mulia menyangkut etika, budi pekerti, dan moral sebagai manifestasi dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan,pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Allah Subhanahu Wata’ala.
Didalam pandangan yang lebih modern ini peserta didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan,melainkan mereka juga harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalahdengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yangtengah memerlukan pengetahuan atau ilmu , bimbingan dan pengarahan.


B.     Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, kami pemakalah merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian peserta didik secara umum dan islam ?
2.      Apakah dasar-dasar kebutuhan manusia pada pendidikan?
3.      Bagaimana adab atau etika peserta didik ?
4.      Bagaimana sifat-sifat yang harus dimiliki peserta didik?
5.      Bagaimana batasan-batasan pendidikan?

C.    Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Pemakalah ingin mengetahui lebih dalam tentang hakikat peserta didik.
2. Memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Agama Islam 2”.
3. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca sekalian.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Peserta Didik Secara Umum dan Islam
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserat didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Toto Suharto (2006: 123) peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri
dari aspek jasmani dan rohani yang belum  tercapai taraf kematangan, baik fisik, mental,
intelektual, maupun psikologinya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan,bim
bingan dan juga arahan pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal
 membimbingnya menuju kedewasaan.Potensi yang dimiliki peserta didik,kiranya tidak
 tidak akan berkembang secara maksimal tanpa melalui proses pendidikan.
Adapun peserta didik dalam pendidikan islam menurut Hery Noer Aly (1999: 113)
ialah setiap manusia yang sepanjang hayatnya selalu berada dalam perkembangan. Jadi,
bukan hanya ank-anak yang sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orangtuanya,bukan
pula anak-anak dalam usia sekolah.
Samsul Nizar dalam “Filsafat Pendidikan Islsm: Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis” menyebutkan beberapa deskripsi mengenai hakikat peserta sebagai berikut:
a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, tetapi ia memiliki dunianya sendiri.
Hal ini perlu dipahami, agar perlakuan terhadap mereka dalam proses pendidikan tidak
disamakan dengan pendidikan orang dewasa.
b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap perkembangan
    dan pertumbuhannya.
Pemahaman ini perlu diketahui agar aktivitas pendidikan islam dapat disesuaikan dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang umumnya dialami peserta didik.
c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik yang
menyangkut kebutuhan jasmani atau rohani.
d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki berbagai perbedaan individual baik yg
 disebabkan karena faktor bawaan maupun lingkungan tempat ia tinggal.
e. Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama: jasmani dan ruhaniah
   Unsur jasmani berkaitan dengan daya fisik yang dapat dikembangkan melalui proses pemb-
iasaan dan latihan, sementara unsur ruhani berkaitan dengan daya akal dan daya rasa.
f. Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali berbagai potensi (fitrah) yang perlu
dikembangkan secara terpadu (Toto Suharto. 2006: 124-125).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peserta didik dapat dikatakan sebagai orang yg belum
dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.

Secara garis besar peserta didik menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001: 40)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Kelemahan dan ketakberdayaan.
• Berkemauan keras untuk berkembang.
• Ingin menjadi diri sendiri (memperoleh kekuatan).
B.     Dasar-dasar kebutuhan manusia pada pendidikan
Banyak kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi oleh pendidik, diantaranya :
1.      Kebutuhan fisik
Fisik peserta didik mengalami pertumbuhan yang cepat terutama pada masa pubertas. Kebutuhan biologis yaitu berupa makan, minum dan istirahat dimana hal ini menuntut peserta didik untuk memenuhinya. Disamping pendidik memperhatikan pertumbuhan fisik, pendidik juga memberikan informasi tentang pertumbuhan melalui kegiatan bimbingan.
2.      Kebutuhan sosial
Kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya. Kebutuhan ini perlu dipenuhi agar peserta didik dapat memperoleh posisi dan berprestasi dalam masyarakat.
3.      Kebutuhan untuk mendapatkan status
Peserta didik membutuhkan kebanggan untuk diterima dan dikenal sebagai individu yang berarti dalam kelompok teman sebayanya untuk mencari identitas diri dan kemandirian.
4.      Kebutuhan mandiri
Banyak orang tua yang sangat memperhatikan dan membatasi sikap, prilaku dan tindakan-tindakan remaja. Hal ini membuat remaja tidak dipercayai dan dihargai oleh orang tua mereka, sehingga muncul sikap menolak dan terkadang memberontak.
5.      Kebutuhan untuk berprestasi
Kebutuhan berprestasi erat kaitannya dengan kebutuhan mendapat status dan mandiri. Artinya dengan terpenuhinya kebutuhan untuk memiliki status dan kebutuhan untuk hidup mandiri dapat membuat peserta didik giat untuk mengejar prestasi.

6.      Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai
Rasa ingin disayangi dan dicintai adalah kebutuhan yang esensial, karna dengan terpenuhinya kebutuhan ini akan mempengaruhi sikap mental peserta didik.
7.      Kebutuhan untuk curhat
Kebutuhan untuk curhat terutama remaja mengharapkan agar apa yang dialami, dirasakan terutama dalam masa pubertas, dapat didengar, ditanggapi oleh orang lain terutama pendidik.
8.      Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
Peserta didik pada masa remaja mulai tertarik untuk mengetahui tentang kebenaran dan nilai-nilai ideal. Mereka mempunyai keinginan untuk mengenal apa tujuan hidup. Mereka membutuhkan pengetahuan-pengetahuan sebagai suatu filsafat hidup sehingga dapat mengarungi kehidupan ini.
9.      Kebutuhan beragama
Tidak seorangpun yang tidak membutuhkan agama karna manusia adalah makhluk yang beragama.

C.     Adab atau etika Peserta Didik
Prof. Dr. Athiyah Al-Abrasy mengemukakan seoarang siswa yang sedang belajar
wajib memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Sebelum memulai belajar, siswa itu harus terlebih dahulu membersihkan hatinya dari
segala sifat yang buruk, karena belajar itu dianggap sebagai ibadah. Ibadah tidak syah
 kecuali dengan hati yang suci, berhias dengan moral yang baik seperti berkata benar,
berkata benar, ikhlas, taqwa, rendah hati, zuhud, menerima apa yang ditentukan Tuhan
serta menjauhi sifat-sifat yang buruk, seperti dengki, iri, benci, sombong,menipu,tinggi
 hati dan angkuh.
2) Dengan belajar itu ia bermaksud hendak mengisi jiwanya dengan fadhilah, mendekat-
kan diri kepada  Allah, bukanlah dengan maksud menonjolkan diri, berbangga dan
 gagah-gagahan.
3) Bersedia mencari ilmu, termasuk meninggalkan keluarga dan tanah aiar, dengan tidak
ragu-ragu bepergian ketempat-tempat yang paling jauh sekalipun bila dikehendaki
 untuk mendatangi guru.
4) Hendaklah ia menghormati guru dan memuliakannya serta mengagungkannya karena
 Allah dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik.
5) Jangan terlalu sering menukar guru, tetapi haruslah ia berfikir panjang dulu sebelum
bertindak hendak mengganti guru.
6) Jangan merepotkan guru dengan banyak pertanyaan, janganlah meletihkan dia untuk
menjawab pertanyaan,jangan berjalan dihadapannya,jangan duduk ditempat duduknya
dan jangan mulai bicara, kecuali setelah mendapat izin dari guru.
7) Jangan membuka rahasia guru, jangan pula meminta kepada guru membukakan rahasia,
 terima pernyataan maaf dari guru bila bersalah.
8) Bersungguh-sungguh dan tekun belajar, bertanggang siang dan maalm untuk memperoleh
pengetahuan, dengan terlebih dahulu mencari ilmu yang lebih penting.
9) Jiwa saling mencintai & persaudaraan haruslah menyinari pergaulan antara siswa sehingga
siswa sehingga merupakan anak-anak yang sebapak.
10) Siswa harus terlebih dahulu memberi salam kepada gurunya.
11) Hendaklah siswa tekun  belajar,  mengulangi pelajarannyadirumah diwaktu senja dan
menjelang subuh. Waktu antara isya dan malam sahur itu adalah waktu yang penuh berkah
12) Bertekad untuk belajar hingga akhir umur, jangan meremehkan suatu cabang ilmu , tetapi
hendaklah menganggap semua ilmu ada faedah atau manfaatnya.

D.    Sifat-sifat yang harus dimiliki peserta didik
Sedangkan menurut Asma Hasan Fahmi, peserta didik sekurang-kurangnya harus memperha-
tikan empat hal berikut:
a) Seorang peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum
melakukan  proses belajar,  karena belajar dalam islam merupakan  ibadah yang  menuntut   
adanya kebersihan hati.
b) Peserta didik  menanamkan dalam dirinya bahwa tujuan menuntut ilmu adalah meraih ke-
utamaan akhlak, mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk bermegah-megahan atau
bermegah-megahan atau bahkan mencari kedudukan.
c) Seorang peserta didik harus memiliki ketabahan dan kesabaran dalam mencari ilmu, dan
bila perlu melakukan perjalanan merantau untuk mencari guru, atau  apa  yang disebut
 rihlah ‘ilamiyyah.
d) Seorang peserta didik wajib menghormati gurunya dan berusaha  nsemaksimal mungkin
 meraih kerelaannya dengan berbagai macam cara yang terpuji.

Syekh Az-Zarnuji dalam kitab “Ta’lim Muta’allim” menerangkan beberapa sifat dan tugas
penuntut ilmu:
a) Tawadu’ sifat sederhana, tidak sombong tidak pula rendah diri.
b) Iffah, sifat yang menunjukkan rasa harga diri yang menyebabkan seseorang terhindar dari
perbuatan/ tingkah laku yang tidak patut.
c) Tabah (sabar), tahan dalam menghadapi kesulitan pelajaran dari guru.
d) Sabar, tahan terhadap godaan nafsu, rendah keinginan-keinginan akan kelezatan dan terha-
dap godaan-godaan yang berat.
e) Cinta ilmu&hormat kepada guru dan keluarganya,dan demikian ilmu itu akan bermanfaat.
f) Sayang kepada kitab, menyimpan dengan baik,tidak membubuhi catatan supaya tidak kotor
atau menggosok tulisan sehingga menjadi kabur atau pudar.
g) Hormat kepada semua penuntut ilmu dan  kepada guru
h) Bersungguh-sungguh belajar dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya ( bangun dite-
ngah malam) tetapi tidak memaksakan diri sampai menjadi lemah.
i) Teguh pendirian dan ulet dalam menuntut ilmu dan mengulangi pelajaran.
j) Wara’, ialah sifat menahan diri dari perbuatan atau tingkah laku yang terlarang.
k) Tawakkal, maksudnya menyerahkan kepada tuhan segala perkara. Bertawakkal adalah
akhir dari proses kegiatan dan ikhtiar seseorang muslim untuk mengatasi urusannya
(Nur Uhbiyati. 1998: 110).
Dengan mengikuti apa-apa yang telah ditentukan oleh para ahli dalam bidang pendidikan  diatas, maka seorang peserta didik akan mendapatkan hasil yang diinginkan atau hasil yang
memuaskan. Dengan demikian, sebisa mungkin kita menuntut peserta didik untuk mengapli-
kasikan apa-apa yang menjadi kewajiban atau tugasnya sebagai seorang peserta didik.












E. Batasan – batasan pendidikan
a) Batas Awal Pendidikan
Prof. M. Athiyah Al-Abrasy, menceritakan didalam bukunya “Dasar-dasar Pokok pendidikan Islam” bahwa pendidikan anak itu dimulai setelah berumur 5 tahun.
Urutan-urutan ilmu yang diberikan adalah membaca Al-Qur’an,mempelajari syair,sejarah nenek moyang dan kaumnyamengendarai kuda dan menggunakan senjata (Nur Uhbiati. 1988:96-97).
Menurut Al-Abdari, anak dimulai dididik dalam arti sesungguhnya setelah berusia 7 tahun
karena itu beliau mengeritik orang tua yang menyekolahkan anaknya pada usia yang masih terlalu muda, yaitu sebelum usia 7 tahun (Nur Uhbiati. 1998: 97).
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belum ada kesepakatan para ahli didik
 islam tentang kapan anak mulai dididik, namun jika diterapkan dalam praktek pendidikan,
maka dapat  dijelaskan sebagai berikut, untuk memasuki pendidikan  prasekolah sebaiknya
setelah anak berumur 5 tahun, sedangkan untuk memasuki pendidikan dasar,maka sebaiknya
setelah anak berumur 7 tahun (Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan.2001:125).
Terlepas dari beberapa pendapat diatas, dan berdasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW
“belajarlah (carilah ilmu) sejak engkau dalam buaian (ayunan) sampai keliang lahat”.
lahat”. Berdasarkan kepada hadits tersebut, pendidikan dapat dimulai ketika masih dalam ay-
unan atau balita, karena ketika padawaktu itu,seorang anak akan mudahuntuk  memahami dan mengerti apa yang disampaikan,selain itu apa yang telah diperolehnya& susahdilupakan.
b) Batas Akhir Pendidikan
M. Munir Mursa mengatakan bahwa pendidika islam tidak terbatas pada suatu metode atau
jenjang tertentu, tetapi berlangsung sepanjang hayat ia merupakan pendidik dari lahir hingga liang lahat, selalu memperbaiki diri, serta terus-menerus mengembangkan kepribadian dan
dan memperkaya kemanusiaan, dengan perkataan lain ia senatiasa  membimbing manusia
untuk maju (Hery Noer Aly. 1999: 137).
Berdasarkan kepada tujuan pendidikan islam yaitu membentuuk kepribadian muslim,mengi-
ingat untuk mewujudkan kepribadian muslim itu sangat sulit, disamping  itu sesudah terwu-
judnya kepribadian muslim, diperlukan kestabilan kepribadian muslim tersebut diatas dan
mengingat pula sabda Rasulullah SAW. Maka batas terakhir pendidikan yaitu sampai akhir hayat (Nur Uhbiati. 1998: 100). Dengan demikian,  pendidikan tidak  hanya terbatas pada usia muda, tetapi dapat dilakukan sepanjang masa selama hayat masih dikandung badan.


















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum tercapai taraf kematangan , baikfisik ,mental , intelektual maupun psikologinya.Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan. Potensi dasar yang dimiliki peserta didik, kiranya tidak akan berkembang secara maksimal tanpa melalui proses pendidikan.
Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama: jasmani dan
ruhaniah. Unsur jasmani berkaitan dengan daya fisik yang dapat dkembangkan melalui
proses pembiasaan dan latihan, sementara unsur ruhani berkaitan dengan daya akal dan
daya rasa.
Sebelum memulai belajar, siswa (peserta didik) itu harus terlebih dahulu membersihkan
hatinya dari segala sifat yang buruk, karena belajar itu dianggap sebagai ibadah, ibadah
tidak syah kecuali dengan hati yang suci, berhias dengan moral yang baik seperti  berkata benar, ikhlas, taqwa, rendah hati, zuhud,menerima apa yang ditentukan oleh ALLAH serta
menjauhi sifat-sifat yang buruk, seperti dengki, iri, benci,sombong, menipu, tinggi hati dan angkuh.





B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, pemakalah mempunyai saran antara lain:
1) Sebagai mahasiswa (peserta didik), kita harus memahami kaidah-kaidah peserta didik.
2) Sebagai calon tenaga atau praktisi pendidikan, kita harus mampu mengkaji permasalahan
yang ada dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini (permasalahan peserta didik ).

C. Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. “Ilmu Pendidikan”. Jakarat: PT Rineka Cipta.2001
Aly, Hery Noer. “Ilmu Pendidikan Islam”. Jakarta: Logos.1999
Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad.”Filsafat Pendidikan Islam”. Bandung: CV Pustaka setia.2001
Suharto, Toto. “Filsafat Pendidikan Islam”. Jogjakarta: Ar-Ruzz.2006
Uhbiyati, Nur. “Ilmu Pendidikan Islam”. Bandung: CV Pustaka Setia.1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar