Rabu, 31 Agustus 2011

Wasiat Muhammad Al-Fatih, Bekerjalah Untuk Memuliakan Agama Islam!



Rasulullah pernah bersabda : “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Imam Ahmad). Mejalani hari-hari terakhirnya setelah diracun, Muhammad Al-Fatih merasaan kematian mungkin akan segera datang. Ia telah lakukan apa yang ia bisa rasa bisa. Ia telah jalani apa yang ia yakini mesti. Ia telah berikan apa yang ia anggap punya. Ia tunaikan apa yang ia tahu itu menjadi tanggungjawabnya. Maka bila takdir telah membuatnya berkuasa di usia muda dan harus membuatnya mati dalam usia yang belum terlalu tua, hari itu ia merasa LAYAK BICARA. Bila ia harus mencari alasan, mungkin hanya satu : IA TELAH BEKERJA.

Maka kepada anaknya ia sampaikan wasiat, kumpulan kata-katanya yang terukir abadi. Seperti abadinya bukti-bukti sejarah Konstantinopel yang telah ia taklukkan. Pusat Bizantium yang dirindukan dan diimpikan para penguasa itupun telah berada dalam rengkuhan Islam. Lahir dengan nama kota yang baru: Istambul, mengukir pula ke banyak penjuru Eropa kedamaian baru sesudah itu. Kepada anaknya ia berwasiat, dalam rangkaian nasehat yang kekal, seperti kekalnya gelar yang ia rengkuh, sebuah karunia mulia dari janji puji Rasulullah, seperti diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah bersabda : “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”Tiga puluh satu tahun setelah dilaluinya dalam PEGABDIAN, KERJA, KARYA, yang luar biasa. Bila kemudian di hari itu ia hendak bicara, itu sudah semestinya. Ia hendak bicara atas apa yang telah dilakukannya, sebagai sebuah wasiat untuk anaknya yang akan meneruskan KEPEMIMPINANNYA.

“Aku sudah diambang kematian. Tapi aku berharap aku tidak kawatir, karena aku meninggalkan seseorang sepertimu. Jadilah seorang PEMIMPIN YANG ADIL, SHALIH dan PENYAYANG. RENTANGKAN PENGAYOMAMU UNTUK RAKYATMU, TANPA KECUALI, BEKERJALAH UNTUK MENYEBARKAN ISLAM. KARENA SESUNGGUHNYA ITU MERUPAKAN KEWAJIAN PARA PENGUASA DI MUKA BUMI. DAHULUKLAN URUSAN AGAMA ATAS APAPUN URUSAN LAINNYA. DAN JANGANLAH KAMU JEMU DAN BOSAN UNTUK TERUS MENJALANINYA. JANGANLAH ENGKAU ANGKAT JADI PEGAWAIMU MEREKA YANG TIDAK PEDULI DENGAN AGAMA, YANG TIDAK MENJAUHI DOSA BESAR, DAN YANG TENGGELAM DALAM DOSA. JAUHILAH OLEHMU BID’AH YANG MERUSAK. JAGALAH SETAP JENGKAL TANAH ISLAM DENGAN JIHAD. LINDUNGI HARTA DI BAITUL MAAL JANGAN SAMPAI BINASA. JANGANLAH SEKALI-KALI TANGANMU MENGAMBIL HARTA RAKYATMU KECUALI DENGAN CARA YANG BENAR SESUAI KETENTUAN ISLAM. PASTIKAN MEREKA YANG LEMAH MENDAPATKAN JAMINAN KEKUATAN DARIMU. BERIKANLAH PENGHORMATANMU UNTUK SIAPA YANG MEMANG BERHAK.”

“KETAHUILAH, SESUNGGUHNYA PARA ULAMA ADALAH POROS KEKUATAN DI TENGAH TUBUH NEGARA, MAKA MULIAKANLAH MEREKA. SEMANGATI MEREKA. BILA ADA DARI MEREKA YANG TINGGAL DI NEGERI LAIN, HADIRKANLAH DAN HORMATILAH MEREKA. CUKUPILAH KEPERLUAN MEREKA.”

“BERHATI-HATILAH, WASPADALAH, JANGAN SAMPAI ENGKAU TERTIPU OLEH HARTA MAUPUN TENTARA. JANGAN SAMPAI ENGKAU JAUHKAN AHLI SYARI’AT DARI PINTUMU. JANGAN SAMPAI ENGKAU CENDERUNG KEPADA PEKERJAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN AJARAN ISLAM. KARENA SESUNGGUHNYA AGAMA ITULAH TUJUAN KTA, HIDAYAH ITULAH JALAN KITA. DAN OLEH SEBAB ITU KITA DIMENANGKAN.”

“AMBILAH DARIKU PELAJARAN INI. AKU HADIR KE NEGERI INI BAGAIKAN SEEKOR SEMUT KECIL. LALU ALLAH MEMBERI NIKMAT YANG BESAR INI. MAKA TETAPLAH DI JALAN YANG TELAH AKU LALUI. BEKERJALAH UNTUK MEMULIAKAN AGAMA ISLAM INI, MENGHORMATI UMATNYA. JANGANLAH ENGKAU HAMBURKAN UANG NEGARA, BERFOYA-FOYA, DAN MENGGUNAKANNYA MELAMPAUI BATAS YANG SEMESTINYA. SUNGGUH ITU SEMUA ADALAH SEBAB-SEBAB TERBESAR DATANGNYA KEHANCURAN.”

Itulah wasiat Al-Fatih. Itulah bicaranya. Sepertinya ia sangat tahu, betapa kekuasaan adalah panggung yang menggoda banyak orang untuk banyak bicara tapi sedikit kerja. Menghamburkan uang dan berfoya-foya. Melupakan agama dan menindas yang lemah. Muhammad Al-Fatih sang penakluk itu hendak meneguhkan kembali sikap dan pilihannya sebagai PENGUASA-PEKERJA, maksudnya penguasa yang banyak bekerja yang memberian wasiat kepada anaknya, yang sebentar lagi akan meneruskan tugasnya. Maka kata-katanya, bicaranya, hari itu tak lain adalah cerita tentang kerjanya. Bahkan saripatinya.

Tiga puluh tahun lebih masa kerjanya, masa pejuangannya, ia ringkas dalam beberapa kalimat wasiat yang sarat dengan makna yang hakiki. Sebagian kita mungkin memang orang besar, yang merasa pantas untuk banyak bicara. Tetapi dalam kebesaran yang kta percayai sekalipun, seringkali industri bicara telah memoles diri kita bukan seperti apa yang sesungguhnya. Maka kesempatan kita untuk bekerja sangat sedikit. Sebab waktu kita habis untuk bicara. Dan untuk mengawetkan bicara kita sebelumnya, kita perlu lagi bicara. Lalu untuk menjaga kesinambungan kebesaran kita dengan bicara itu, kita memerlukan lagi bicara berkutnya. Pertanyaannya adalah, kapan kita kerja?. Bila hidup ini hanya kita isi dan penuhi dengan bicara, namun pengabdian kita akan profesi apapun sangat rendah, maka karya kita tidak pernah luar biasa. Ketekunan kita ringkih. Maka peninggalan kita tak ada yang abadi.

Terlepas keyakinan yang ada didalamnya yang mungkin kita bisa saja berseberangan, lihatlah peninggalan sejarah peradaban masa lalu yang demikian tinggi dan tidak ternilai harganya, masjid Agung Demak, Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Tajmahal di India, dsb, adalah bukti sejarah bahwa para pemimpin masa lalu adalah pemimpin yang sedikit bicara dan banyak kerja. Itu sebabnya, Umar bin Khatab menegaskan prinsip penilainnya akan kualitas seseoang, “Yang aling aku cintai dari kalian sebelum aku mengenal kalian adalah yang paling baik riwayat hidupnya. Tetapi bila kalian telah bicara, yang paling aku cintai adalah yan paling fasih bicaranya." Tetapi setelah aku uji kalian, maka yang paling aku cintai adalah YANG PALING BAIK PEKERJAANNYA.

Muhammad Al-Fatih, sebagaimana dikatakannya, ia tidak merasa kawatir kesempatan hidupnya berahir. Sebab ia telah berbuat. Ia telah lakukan apa yang ia rasa bisa. Ia telah jalani apa yang ia akini mesti. Ia telah berikan apa yang ia anggap punya. Ia tinggal memastikan anaknya (penerusnya) akan melanjutkan apa yang telah dijalaninya. Bicara banyak sebelum kerja adalah mimpi. Kesungguhanlah yang akan membuktikannya. Bicara setelah kerja adalah PRASASTI. Kesabaran menahan dirilah yang akan membuatnya abadi.

Riwayat Hidup Muhammad Al Fatih


Ia merupakan salah satu khalifah dari kerajaan Turki Ustmani ini lahir pada tanggal 20 April 1429 M atau bertepatan dengan tanggal 28 Rajab 833 H. Lahir sebagai putra ketiga Sultan Murab II, Muhammad tidak pernah dipersiapkan atau diperkirakan menjadi putera mahkota. Muhammad baru ditetapkan sebagai putera mahkota setelah kematian dua kakak lelakinya dalam usia muda. Muhammad kecil pada awal pendidikannya termasuk anak yang manja dan enggan belajar, setelah ayahnya menghadirkan seorang Ulama Kurdi menjadi gurunya yaitu Syeikh Ahmad bin Ismail Al-Kurani ia mulai belajar dengan serius. Selain dengan Ahmad Al-Kurani, Muhammad juga belajar dari Syeikh Ibnu Al-Tamjid seorang ahli syair yang menguasai bahasa Arab dan Persia, Syeikh Khairuddin dan Syeikh Sirajudin Al-Habi dan lainnya. Belakangan ada seorang Syeikh lagi, yaitu Aag Syamsudin yang bersama-sama Al-Kurani merupakan dua orang Syeikh yang paling berpengaruh dan paling dipercaya oleh Sultan Muhammad Al-Fatih. Dari mereka, Muhammad Muda belajar ilmu. Ilmu agama, bahasa, keterampilan, fisik, geografi, falak dan sejarah. Dalam pelajaran sejarah, ia juga mempelajari biografi tokoh-tokoh Eropa seperti Kaisar Agustus, Constantine The Great, Theodosius The Great, Timur Lang dan ia terkesan dengan kisah Iskandar Agung dari Macedonia.


Muhammad tumbuh menjadi pemuda cerdas yang keras kemauan dan serius dalam mewujudkan keinginannya (visinya) terutama visi untuk menaklukan Konstatinopel pada saat menjadi sultan pertama kali yaitu pada usia 12 tahun tapi akibat instabilitas politik negerinya serta keberadaan Muhammad yang masih muda mengharuskan Murad II kembali memimpin. Setelah ayahnya meninggal Muhammad kembali diangkat menjadi sultan pada usia 21 tahun. Muhammad melanjutkan kembali visinya untuk menaklukan Konstatinopel visi ini tentu tidak muncul begitu saja.


Sejak kecil ia telah mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadist Rosul SAW. Diantara hadist yang disampaikan secara berulang-ulang kepada beliau pada masa kecilnya adalah hadist yang berisi ramalan Rosul tetntang penaklukan kota tersebut sebagai berikut: “Konstatinopel akan jatuh ketangan Islam. Pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada dibawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad bin Hanbal musnadnya). Syeikh Aaq Syamsudin adalah guru yang paling besar pengaruhnya terhadap Muhammad dalam persoalan ini. Bahkan dapat dikatakan Syeikh Syamsudin telah mengisyaratkan pada Muhammad kecil bahwa dirinyalah yang dimaksud hadist tersebut.Dan kenyataan, ramalan Rosul pun terbukti. Sultan muda dari kerajaan Turki Ustmani ini berhasil menuntaskan amanat Rosul sekaligus mimpi umat Islam selama delapan abad.

Kota yang dikelilingi oleh laut dan terletak persis diantara Benua Asia dan Eropa ini dianggap sebagai kota yang paling strategis di dunia bahkan dikatakan bahwa sekiranya dunia ini berbentuk satu kerajaan maka Konstatinopel akan menjadi kota yang paliang cocok untuk menjadi ibu kotanya.Setelah ditaklukan nama Konstatinopel diubah menjadi Islambul yang berarti “Kota Islam”, tapi kemudian penyebutan ini bergeser menjadi Istambul seperti yang biasa kita dengar sekarang. Sejak saat itu ibu kota Turki Ustmani beralih ke kota ini yang kemudian menjadi pusat peradaban Islam selama beberapa abad. Muhammad sendiri pada saat itu mendapat gelar “Al-Fatih” atau The Conqueror, Sang Penakluk. Beliau merupakan seseorang yang sangat mencintai jihad. Sebagian hidupnya dihabiskan diatas kudanya. Hampir seluruh perjalanan jihad tentaranya ia pimpin secara langsung. Bahkan ia tetap berangkat berjihad kendati sedang menderita suatu penyakit. Hal ini, menjadi perjalanan jihadnya yang terakhir.Penyakitnya itu kemudian merenggut nyawanya sebelum pasukan sempat mencapai sasaran jihadnya. Beliau syahid ditengah niat dan perjalanan untuk menegakkan jihad fi sabilillah tepatnya pada tanggal 4 Mei 1481 pada umur 52 tahun.

Beliau sesungguhnya tidak hanya berperan besar dalam hal perluasan wilayah Islam, tetapi juga dalam menata negerinya menjadi negeri yang sangat maju. Ia secara serius melakukan banyak perbaikan dalam hal perekonomian, pendidikan dan lain-lain. Ia membangun Istambul menjadi pusat pemerintahan yang sangat indah dan maju disamping sebagai bandar ekonomi yang sukses. Muhammad Al-Fatih adalah pemimpin yang memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Beliau selalu berusaha mendengarkan keluhan-keluhan rakyatnya. Sering kali ia turun kejalan untuk mengamati kondisi rakyatnya secara langsung.Itulah sekilas perjalanan hidup Muhammad Al-Fatih yang telah memeperlihatkan semangat jihad tinggi serta pribadi yang mulia. Sesungguhnya rahasia apa yang ada dalam diri Al Fatih sehingga mempunyai semangat juang yang teramat tinggi? Barang kali beliau memahami ayat al Qur’an Surah Al - Qasas Ayat 77 Allah berfirman :“ Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”“..Dan bekerjalah, Wahai Keluarga Daud, sebagai (ungkapan) syukur (kepada Allah) (QS 34;14)

Tentu benar, ketaatan beribadah (dalam arti ritual) menjadi syarat mutlak ketaatan seseorang, namun sesungguhnya kalau kita kaji lebih dalam Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi kerja, amal saleh (yang artinya perbuatan baik), atau action. Kerja adalah bagian penting dari ibadah. Islam adalah agama kerja. Semua kegiatan ibadah memiliki benang merah yang sama. Kegiatan ibadah adalah merupakan penyucian jiwa, pengisian dengan sifat-sifat suci Allah, pengagungan dan berkomunikasi dengan Allah, yang harus diwujudkan dalam amal shaleh – kerja- kepada sesama. Bekerja bukan hanya dianjurkan untuk memberi manfaat kepada manusia, tetapi juga sangat dipuji jika bermanfaat bagi makhluk yang lain. Rasulullah S.A.W. bersabda, "Seorang muslim yang menanam atau menabur benih, lalu ada sebahagian yang dimakan oleh burung atau manusia, atapun oleh binatang, nescaya semua itu akan menjadi sedekah baginya" (Riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Banyak sekali ayat-ayat tentang alam semesta, dari yang besar mengenai galaksi hingga hewan-hewan kecil seperti semut, semua mengikuti perintah Allah dengan bekerja secara terus menerus. Sehingga kita bekerja pada dasarnya adalah seirama dengan gerak universal alam semesta, seirama dengan sujud alam semesta. Kahlil Gibran dalam Sang Nabi membuat puisi yang sangat indah:
Kau bekerja, supaya langkahmu seiring irama bumi. Serta perjalanan roh jagad ini. Berpangku tangan menjadikanmu orang asing bagi musim, Serta keluar dari kehidupan itu sendiri. Yang menderap perkasa, megah dalam ketaatannya menuju keabadian masa.

Permisa dan pengunjung yang dirahmati Allah, kisah ini dengan sengaja kami angkat kembali untuk memberikan semangat dan motiavasi agar kita tidak kehilangan arah dalam menjalani hidup. Tentukanlah skala prioritas dalam hidup yang kita akan jalani dan mungkin tidak akan lama ini, kemudian buatlah langkah-langkah pentahapan untuk melaluinya. Buatlah janji dan komitmen kepada diri sendiri untuk menjalaninya dengan sedikit bicara dan benyak kerja, dan tidak lupa mohonlah bimbingan dan rahmat Allah Swt. Agar Anda diberikan kemudahan untuk melaksanakannya. (Ibnu S/Red & Admin/18/01/10), dihimpun dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar