Kamis, 02 Desember 2010

Pengembangan Kurikulum Dalam Pendidkan



BAB I
PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan, kurikulum mengalami perubahan sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses perubahan secara mendasar dan sistematis, kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan sebenarnya merupakan proses tranformasi pandangan dan aspirasi tentang pendidikan kedalam program-program yang secara efektif akan mewujudkan visi dan misi pendidikan itu sendiri (Husni rahim, 2001:xi).
Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkingan keluarga ( informal ), sekolah ( formal ) ataupun masyarakat.
Sistem pembelajaran terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu siswa sebagai input, proses pembelajaran itu sendiri dan hasil pembelajaran sebagai output. Dalam sistem pendidikan nasional terdapat tiga komponen utama, yaitu peserta didik, guru dan kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN
  1. Konsep Kurikulum
Kurikulum mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan kurikulum dipengaruhi juga oleh perkembangan teori dan praktek pendidikan serta variasi aliran – aliran atau teori pendidikan yang dianut.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Kemudian pemahaman mengenai kurikulum mengalami perkembangan bahwa kurikulum adalah pengalaman belajar. Hal tersebut dikemukakan oleh beberapa pakar di bidang pendidikan, diantaranya :
  1. Ronald C.Doll, mengemukakan bahwa pengalaman merupakan cakupan yang luas. Pengalaman tersebut dapat berlangsung di sekolah, rumah ataupun masyarakat, berkenaan langsung dengan pelajaran atau tidak. Hal tersebut mencakup berbagai upaya guru dalam terwujudnya pengalaman belajar dengan berbagai fasilitas pendukungnya.
  2. Mauritz Johnson berpendapat bahwa pengalaman belajar akan muncul apabila terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi tersebut bukan kurikulum, melainkan pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil pengajaran.
  3. Mac. Donald mengemukakan empat subsistem dalam sekolah, yaitu :
    1. Mengajar, merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang dilakukan oleh guru.
    2. Belajar, merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh siswa sebagai respon terhadap kegiatan belajar mengajar yang diberikan oleh guru.
    3. Pembelajaran, kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan interaksi belajar mengajar.
    4. Kurikulum, merupakan suatu rencana yang memberi pedoman dalam proses belajar mengajar.
    5. Robert S. Zais mengemukakan bahwa kurikulum bukan hanya rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi di kelas yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.
    6. Hilda Tabba mengemukakan pendapat bahwa perbedaan kurikulum dan pengajaranbukan pada implementasinya, melainkan pada keluasan cakupannya. Kurikulum adalah tujuan jangka panjang, sedangkan pengajaran adalah tujuan jangka pendek.
Sebagai suatu perencanaan pengajaran, kurikulum berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat – alat pengajaran dan jadwal waktu pengajaran. Sebagai suatu sistem, kurikulum merupakanbagian dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau sistem sekolah. Kurikulum sebagai system menyangkut penentuan kebijakan kurikulum, penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya.
  1. Kurikulum dan  Teori – Teori Pendidikan
Kurikulum disusun dengan mengacu pada teori kurikulum, dan suatu teori kurikulum diturunkan atau dijabarkan dari teori pendidikan tertentu. Untuk lebih memahami hubungan kurikulum dengan pendidikan, dikemukakan beberapa teori pendidikan dan model – model konsep kurikulum dari masing – masing teori, diantaranya :
  1. Pendidikan Klasik
Pendidikan klasik dapat dipandang sebagai konsep pendidikan tertua. Konsep pendidikan ini berdasarkan asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu pengetahuan, ide – ide, atau nilai telah ditemukan oleh pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi untuk memelihara dan meneruskan warisan budaya tersebut kepada generasi berikutnya.
Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan daripada proses atau bagaimana mengajarkannya. Tugas guru dan para pengembang kurikulum adalah memilih dan menyajikan materi ilmu tersebut disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. Tugas para pendidik atau guru bukan hanya mengajarkan materi pengetahuan tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan nilai.
Menurut konsep pendidikan klasik, guru atau pendidik adalah ahli dalam bidang ilmu juga contoh atau model nyata dari pribadi dari pribadi yang ideal. Siswa merupakan penerima pengajaran yang baik namun bersifat pasif.
Model konsep pendidikan klasik adalah :
  1. Perenialisme
Lebih berorientasi ke masa lampau dan kurang mementingkan tuntutan – tuntutan masyarakat yang berkembang saat sekarang. Pendidikan lebih menekankan pada humanitas, pembentukan pribadi dan sifat – sifat mental. Pendidikan menurut paham ini adalah bebas nilai dan bebas dari kebudayaan, artinya tidak terikat atau diwarnai oleh nilai – nilai dan karakteristik masyarakat sekitar.
  1. Esensialisme
Lebih mengutamakan sains daripada humanitas. Pendidikan diarahkan dalam mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke dunia kerja. Konsep ini lebih berorientasi pada masa sekarang dan yang akan dating. Isi pengjaran darahkan pada pembentukan keterampilan dan pengembangan kemampuan vocational.
  1. Pendidikan Pribadi
Pendidikan pribadi lebh mengutamakan peranan siswa. Konsep pendidikan ini bertolak dari anggapan dasar bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi. Pendidika diibaratkan persemaian yang berfungsi untuk menciptaka lingkungan yang menunjang dan terhindar dari hama – hama.
Pendidikan berdasar dari kebutuhan dan minat siswa. Siswa menjadi subyek pendidikan. Seorang pendidik berperanuntuk menyampaikan informasi dan ahli dalam disiplin ilmu, juga sebagai psikolog yang mengerti kebutuhan dan masalah siswa.
Teori ini memiliki dua aliran, yaitu :
  1. Pendidikan progresif
Aliran ini dipopulerkan oleh John Dewey yang telah melakukan percobaan dengan menggunakan sekolah sebagai laboratoriumnya. John Dewey menerapkan prinsip belajar sambil berbuat ( learning by doing ). Perkembangan emosi dan social siswa sama pentingnya dengan perkembangan intelektualnya.
Isi pengajaran berasal dari pengalaman siswa sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Guru berperan sebagai ahli dalam metodologi dalam bahan ajar.
  1. Pendidikan romantik
Pendidikan romantik berasal dari pemikiran Jean Jacques Rousseau yang mengemukakan bahwa semua ciptaan Tuhan termasuk anak adalah baik dan menjadi kurang baik atau rusak di tangan manusia. Secara almiah, manusia baik, merdeka dan gentle. Ia menolak pendidikan yang mengutamakan pada intelektual. Pendidikan adalah proses individual yang berisi pengembangan kemampuan anak berkat interaksi dengan berbagai aspek dalam lingkungannya. Pengalaman merupakan isi sekaligus guru alamiah dari anak.
  1. Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Yang diutamakan dalam teknologi pendidikan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan pengawetan dan pemeliharaan kebudayaan lama juga berorientasi ke masa sekarang dan yang akan datang.
Perkembangan teknologi pendidikan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi, karena teknologi pendidikan berdasarkan prinsip –prinsip ilmu dan teknologi dalam pendidikan. Konsep pendidikan ini mengutamakan empiris, informasi objektif  yang dapat diamati dan diukur serta dihitung secara statistik. Bagi konsep pendidikan ini memandang manusia mereaksi terhadap rangsangan dari lingkungannya, perilakunya dapat dibentuk dengan teknologi perilaku.
Menurut teori ini, pendidikan adalah ilmu bukan seni. Pendidikan adalah cabang dari teknologi. Efisien merupakan cirri dari teknologi pendidikan. Isi pendidikan berupa data – data objektif dan keterampilan yang mengarah kepada kemampuan vocational. Kurikulum pendidikan teknologi menekankan kompetensi – kompetensi praktis.
  1. Pendidikan Interaksional
Konsep pendidikan ini bardasarkan dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan, berintikan kerja sama dan interaksi. Pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak, dari guru kepada siswa dan dari siswa kepada guru, interaksi ini juga terjadi antara siswa dengan bahan ajar dan dengan lingkungan, antara pemikiran siswa dengan kehidupannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog.
Dalam pendidikan interaksional, nelajar lebih dari sekedar mempelajari fakta-fakta. Siswa mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupannya.
Interaksi juga terjadi antara siswa dengan bahan ajar, interaksi ini pada tahap tingkat mencari makna baik makna social (socially conscious) maupun makna pribadi (self conscious). Isi atau bahanajar ini berkenan dengan lingkungan social-budaya yang mereka hadapi saat ini. Setelah mengetahui makna dari fakta-fakta dari nilai-nilai social budaya, mereka mengadakan evaluasi, kritik dari sudut kepentingannya bagi kesejahteraan umat manusia.
Siswa sebagai individu selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan selalu ada hubungan timbale balik antara keduanya. Pandangan-pandangannya mempengaruhi bentuk dan pola lingkungan, di lain pihak kekuatan dan keterbatasan lingkungan mempengaruhi individu siswa.
Sekolah merupakan pintu untuk memasuki masyarakat, menentukan stratifikasi social, dan memberikan kesiapan untuk melakukan berbagai pekerjaan, sekolah menyiapkan anak dengan berbagai keterampilan social juga keterampilan bekerja. Lebih jauh, sekolah juga berperan dalam membina sikap positif terhadap dunia kerja, disiplin kerja dan sebagainya. Pendidikan berperan dalam mengembangkan identitas pribadi, memperbaiki modus dari kehidupan.
Proses belajar dalam model interaksional terjadi melalui dialog dengan orang lain, yaitu guru, teman, atau yang lainnya. Belajar adalah kerja sama dan saling kebergantungan dengan orang lain. Melalui interaksi maka akan muncul pengetahuan, pendapat, sikap, dan keterampilan-keterampilan baru. Guru berperan dalam menciptakan situasi dialog dengan dasar saling mempercayai dan saling membantu.
Kurikulum pendidikan interaksional menekankan baik pada isi maupun proses pedidikan sekaligus. Isi pendidikan terdiri atas problem-problem nyata yang actual yang dihadapi dalam kehidupan di masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas maka dapat di simpulkan sebagai berikut:
  1. Kurikulum dalam arti sempit ialah seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
  2. Kurikulum dalam arti luas adalah segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan (institusional, kurikuler, instruksional).
  3. Untuk memahami hubungan kurikulum dengan pendidikan, dikemukakan beberapa teori pendidikan dan model – model konsep kurikulum dari masing – masing teori, diantaranya : Pendidikan Klasik, Pendidikan Pribadi, Teknologi Pendidikan, Pendidikan Interaksional.
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin, Dr. M.A.  2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Syaodih, Nana Sukmadinata, Prof. Dr.  2009. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Hakekat Kurikulum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar