Selim I (1465 – 22 September 1520; juga dikenal sebagai "Si Murung" atau "Si Pemberani ", Yavuz dalam bahasa Turki) (bahasa Arab: سليم الأول) adalah sultan dari Turki Utsmani dari 1512 hingga 1520.
Ia menggulingkan ayahnya sendiri Bayezid II pada 1512, yang tak lama kemudian meninggal dunia.
Ia menandai naik takhtanya dengan menghukum mati saudara-saudara dan semua kemenakannya laki-laki. Hal ini sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan oleh kakeknya, Fatih Mehmed II. Sebelumnya telah terjadi perang saudara antara ayahnya, Bayazid dengan pamannya Cem, dan antara Selim sendiri dengan saudaranya, Ahmed. Selim bertekad bahwa ia tidak akan menghadapi masalah-masalah yang sama dengan saudara-saudaranya sendiri.
Ia menyerang dan menghancurkan Kesultanan Mamluk dalam Pertempuran Marj Dabiq dan al-Raydaniyya, yang menyebabkan direbutnya Suriah, Palestina dan Mesir. Ia juga memperluas kekuasaan Ottoman hingga ke kota suci of Mekkah dan Madinah. Ketika Mesir dan provinsi-provinsi Arabnya direbut dari tangan orang-orang Mamluk, ia mengangkat dirinya sebagai Khadim ul Haremeyn, "Hamba dari Kedua Kota Suci", dan bukan Hakim ul Haremeyn, Penguasa dari Kedua Tempat Suci". Tempat-tempat suci yang dimaksudkan di sini adalah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Keduanya adalah tempat-tempat yang paling suci di dalam Islam.
Seperti kakeknya, Fatih, ia juga mengklaim dirinya sebagai Khalifah (dalam bahasa Arab artinya "pengganti " Nabi Muhammad); "pengawal Islam", yang dianggap sebagai pemimpin masyarakat dan agama dari seluruh umat Islam, baik Sunni maupun Syiah.
Selim bertekad untuk mengadakan perang melawan Persia, yang pemerintahnya, Shah Ismail I mengklaim dirinya juga sebagai Khalifah. Perang yang kemudian terjadi merupakan kemenangan bagi Selim, yang keteguhan dan keberaniannya mengatasi kepengecutan dan ketidaktaatan Yennisari, pasukan-pasukan istana dinasti Ottoman.
Setelah Selim menjadi penguasa kota-koat suci Islam dan merebut Mesir dan menangkap Al-Mutawakkil III, Khalifah terakhir dari Kekhalifahan Abbasiyah yang tinggal di sana, Selim membujuknya untuk secara resmi menyerahkan kepadanya pula gelar Khalifah serta lambang-lambangnya, yaitu pedang dan jubah nabi.
Selama pemerintahannya, ia memperluas wilayah Ottoman dari 2,5 juta km2 menjadi 6,5 km2. Ia membuat penuh perbendaharaan kerajaan, menguncinya dengan meterainya sendiri dan mengumumkan bahwa, "Barangsiapa membuat penuh perbendaharaan ini melebihi isinya sekarang, ia dapat menggunakan meterainya untuk mengunci perbendaharaan.” Perbendaharaan ini dikunci dengan meterainya hingga runtuhnya Khilafah Turki Utsmani 400 kemudian.
Setelah kembali dari perangnya di Mesir, ia mempersiapkan sebuah ekspedisi untuk memerangi Rhodes dan di sana ia diserang penyakit, lalu meninggal pada tahun kesembilan pemerintahannya. Usianya sekitar 55 tahun pada waktu meninggalnya. Ia meninggal karena sirpence, sejenis infeksi kulit, yang diperolehnya selama delapan tahun memerintah dengan menunggang kuda. Sebagian sejarahwan percaya bahwa ia diracuni oleh dokter yang merawat infeksinya.
Selim juga seorang penyair dan ia menulis dengan menggunakan nama julukannya, mahlas Selimi Dalam salah satu puisinya, ia menulis: "Sebuah permadani cukup besar untuk diduduki oleh dua orang sufi, tetapi dunia tidak cukup besar untuk dua orang raja.”
Didahului oleh: Bayezid II | Sultan Ottoman 1512–1520 | Digantikan oleh: Suleiman I |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar