Minggu, 08 Januari 2012

MAKALAH ANTROPOLOGI



KELOMPOK 5
KESENIAN
Disusun oleh :
Ketua             : 1. Lenny Simanjuntak                  ( 2010 14500 561 )
Anggota         : 2. Yeni Iriyanti                                ( 2010 14500 589 )
                          3. Rohma Irnawati                         ( 2010 14500 613 )
                          4. Septia Nurayu N.                       ( 2010 14500 557 )
                          5. Sadelih                                        ( 2010 14500 554 )

Prodi / Fak.   : Pend.Ekonomi/ FIPPS

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
Jln.Nangka 58C,/TB.Simatupang
Tanjung Barat-Jagakarsa (Ps.Minggu) Jakarta Selatan 12350
TAHUN AKADEMIK 2010/ 2011





 

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kesenian merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan atau antropologi. Dari keberadaanya, seni telah tumbuh dan berkembang dilingkungan masyarakat, tidak terbatas pada satu kajian teori saja tetapi seni dapat ditinjau dari berbagai aspek termasuk dari aspek antropologi. Pembahasan seni  dalam aspek antropologi akan mengacu pada antropologi fisik (keberadaan manusia) dan antropologi budaya.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, semakin memudar pula rasa cinta kita terhadap kebudayaan kita, khususnya kaum muda sekarang ini. Para kaum muda sekarang hanya menganggap bahwa teknologilah yang  nomor satu, semua hanya ingin berkembang mengikuti teknologi dan melupakan nilai-nilai kebudayaan bangsanya sendiri.
Kesenian merupakan salah satu aspek kebudayaan ataupun antropologi. Kesenian mengandung banyak nilai-nilai istimewa secara khusus pada zaman dahulu, kesenian tidak hanya sebatas seni biasa saja, tetapi kesenian itu mengandung banyak unsur seperti salah satunya untuk menghibur warga, untuk melestarikan budaya nenek moyang dan tidak jarang kesenian menjadi sebuah adat istiadat.
Begitupun dengan “Lenong  Betawi”. Lenong menjadi sebuah kesenian khas betawi. Namun seiring dengan semakin berkembangnya zaman, lenong betawi sudah semakin menghilang bahkan bisa dibilang sudah hampir punah, tidak banyak generasi muda yang meneruskan budaya ini. Seperti yang dipertunjukkan dalam salah satu pusat kebudayaan yang ada di Jakarta Selatan yaitu “Setu Babakan” para pemeran utamanya rata-rata mereka yang sudah berumur atau sudah tua, jarang terlihat acaranya  dilakoni oleh generasi muda.
Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini kelompok kami akan membahas tentang kesenian khas betawi yaitu “Lenong Betawi”. Bagaimana perkembangan lenong betawi sampai saat ini dan bagaimana  kekerabatan antara kesenian ini terhadap kebudayaan  bangsa kita khususnya suku betawi.
1.2  Identifikasi Masalah
Bagaimana keberadaan kesenian tradisional saat ini seiring dengan semakin berkembangnya zaman?
Sampai saat ini kita tidak pernah lepas dari pengaruh negatif dari perkembangan zaman. Pengaruh dari perkembangan zaman sangatlah terlihat nyata dalam kehidupan masyarakat, bahkan hingga kepelosok. Pengaruh dari perkembangan zaman tidak hanya dari teknologi saja, bahkan pengaruhnya menjadikan kita sebagai kaum muda atau penerus bangsa lupa akan kebudayaan bangsa kita secara khusus dalam aspek kesenian. Zaman sekarang jika ditanyakan tentang kesenian yang kita ketahui, pasti yang pertama kali kita katakan adalah menyanyi dan selanjutnya kita akan mengatakan satu-persatu group band yang kita sukai. Mungkin manusia sekarang lebih ingat itu dibandingkan dengan kesenian tradisional zaman dulu. Karena kesenian tradisional sangat jarang kita temui, dan jika ada sanggar-sanggar tertentu yang melestarikannya peminatnya pun sudah sangat sedikit. Dan itulah yang menjadi pengaruh negatif dari perkembangan zaman dalam ruang lingkup kesenian.


1.3 Pembatasan Masalah
            Dalam makalah ini, kami membahas mengenai semakin memudarnya kesenian khas tradisional bangsa kita dan apa harapan dari Hj. Norai, selaku pemimpin langsung dari berdirinya “Sanggar Si noray”.
1.4 Perumusan Masalah
            Dari identifikasi masalah diatas, maka secara khusus kami merumuskan masalahnya tentang. “apa upaya yang seharusnya pemerintah kita lakukan untuk mencegah terjadinya kepunahan kesenian khas tradisional kita ini dan apa yang seharusnya kita lakukan sebagai generasi muda untuk melestarikan kebudayaan kita ini.”
1.5 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
  1. Agar sebagai generasi penerus kita dapat mengetahui bagaimana nasib kebudayaan tradisional kita khususnya lenong betawi pada saat ini.
  2. Agar kita mengetahui bagaimana kesenian modern mempengaruhi kesenian tradional, hingga secara perlahan semakin memudarkan nilai budaya kita.
  3. Untuk mengetahui upaya apa yang seharusnya pemerintah lakukan, agar kesenian tradisional bangsa kita bisa tetap terjaga dan terlestarikan.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi kesenian dalam antropologi
Kesenian dalam antropologi berkaitan dengan antropologi fisik dan budaya. Antropologi fisik lebih membahas tentang keberadaan manusia yakni mulai dari munculnya manusia, peradaban manusia, dan mempelajari evaluasi manusia. Sementara antropologi budaya cakupannya lebih luas dibanding dengan antropologi fisik yakni membahas tentang akeologi, linguistik, dan etnologi.
Dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu seni rupa dan seni suara, selain itu juga ada seni tari yaitu perpaduan antara seni rupa dan seni suara. Dalam makalah ini kita akan membahas tentang seni tari yaitu “Lenong Betawi”.
2.1 Pengertian Lenong Betawi
Lenong Betawi dapat diartikan pertunjukan dalam bentuk teater yang mengandung aspek tari, nyanyi, narasi dengan dialog maupun monolog. Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong. Lakon atau skenario lenong betawi umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah bahasa Melayu (atau kini bahasa Indonesia) dialog Betawi.

Sejarah
Lenong betawi berkembang sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Kesenian teaterikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti "komedi bangsawan" dan "teater stambul" yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong betawi berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an.
Lakon-lakon lenong betawi berkembang dari lawakan-lawakan tanpa plot cerita yang dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon panjang dan utuh.
Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela. Selanjutnya, lenong betawi mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan seperti resepsi pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung.
Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970-an kesenian lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya, lenong betawi yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam dan tidak lagi semalam suntuk.
Selanjutnya, lenong betawi juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui televisi, yaitu yang ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia mulai tahun 1970-an. Beberapa seniman lenong betawi yang menjadi terkenal sejak saat itu misalnya adalah Bokir, Nasir, Siti, dan Anen.
Jenis lenong
Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong denes (dari kata denes dalam dialog Betawi yang berarti "dinas" atau "resmi"), aktor dan aktrisnya umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan, sedangkan dalam lenong preman busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Selain itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa yang digunakan. Lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus (bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.
Kisah yang dilakonkan dalam lenong preman misalnya adalah kisah rakyat yang ditindas oleh tuan tanah dengan pemungutan pajak dan munculnya tokoh pendekar taat beribadah yang membela rakyat dan melawan si tuan tanah jahat. Sementara itu, contoh kisah lenong denes adalah kisah-kisah 1001 malam.
Pada perkembangannya, lenong preman lebih populer dan berkembang dibandingkan lenong denes.

Pendapat Tokoh Pecinta Lenong
Berikut  adalah pendapat dari seorang tokoh pecinta lenong.
Hj.Norai, beliau adalah salah seorang pecinta kebudayaan kita, khususnya betawi. Kecintaannya terhadap kebuyaan bangsanya membuatnya berinisiatif untuk mengembangkan salah satu kesenian yang menjadi ciri khas kebudayaannya, beliau asli suku betawi. Untuk selalu mengingat kebudayaannya dia berinisiatif untuk mendirikan sebuah tempat pelatihan atau sering disebut sanggar untuk mengembangkan dan melestarikan kebudayaannya dan adapun tempat pelatihan tersebut diberi nama “Sanggar Si Noray”.
Berikut ini dokumentasi yang kami ambil langsung dari acara pertunjukan lenong di Setu Babakan tepatnya pada tanggal 25 Desember 2011, dengan acara yang dihadiri langsung oleh pendiri sanggar yaitu  Hj.Norai.





BAB III
Penutup

Merangkai kata untuk perubahan memang mudah. Namun, melaksanakan rangkaian kata dalam bentuk gerakan terkadang sulit. Apalagi untuk generasi muda sekarang. Bagi generasi muda sekarang kesenian negara mereka yakni Indonesia tidak mendapatkan tempat dihati mereka, meraka lebih senang dengan yang berbau luar negri.
Padahal kesenian Indonesia jauh lebih mengagumkan dibandingkan dengan kesenian bangsa luar. Di indonesia banyak sekali ragam kesenian, salah satu nya kesenian dari daerah betawi yakni “Lenong Betawi”. Banyak bangsa luar yang ingin memiliki kesenian yang dimiliki oleh bangsa indonesia, sebagai penerus sudah seharusnya kita menjaga dan melestarikannya.











Daftar Referensi

Anderson,J.E.1930.”The Development Of Social Behavior”.American Journal Of Sociolog.Vol.XLIV,p.839_957.
Ahmad Syubbanudin Alwy.edisi 05 Juli 2001.Menengok Seni Tradisi Dari Jendela Hiper Realitas.
http://kampungbetawi.com/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar