Minggu, 08 Januari 2012

SITSTEM RELIGI



 
 SITSTEM RELIGI



Dosen:
Muhamad Nurjaman

Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Antropologi

Disusun oleh :
Kelompok I Kelas YF
1.     ARIYANDI                                 (201014500623)
2.     NANDAR                                  (201014500591)
3.     NURFAIJAH                         (201014500607)
4.     KEMI LISAWATI                  (201014500592)
5.     SITI SULASTRI                       (201014500637)
6.     FITRI YULYANTI                    (201014500570)


Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
Universitas Indra Prasta
Jl. Nangka No.58C Tanjung Barat ( TB Simatupang )
Jaga karsa – Jakarta Selatan 12530
Tlp. ( 021 ) 7818718






BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang Masalah
Pengakuan bahwa religi suatu sistem, berarti religi itu terdiri dari bagian-bagian yang behubungan satu sama lain, dan masing-masing bagian merupakan satu sistem tersendiri. Apabila kita berbicara tentang sistem kepercayaan, maka yang dimaksud ialah seluruh kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh seseorang atau kesatuan sosial. Kesatuan sosial itu dapat berwujud suatu masyarakat dalam arti luas, tetapi dapat pula berwujud satu kelompok kekerabatan yang relatif kecil di dalam masyarakata, atau bahkan kekeluargaan semata-mata, dan dapat pula berwujud suatu masyarakat daerah lingkungan tertentu. berbagai sistem kepercayaan yang ada dalam masyarakat sedikit banyak berdasarkan atas kesatuan-kesatuan sosial yang menganutnya.

B.     Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui bagaimana sistem religi/ kepercayaan
b.      Sebagai Tugas mata kuliah Antropologi




BAB II
PEMBAHASAN

SISTEM RELIGI
1.                  Pengertian terhadap sistem Religi

Sejak lama, ketika ilmu antropologi belum ada dan hanya merupakan suatu himpunan tulisan mengenai adat istiadat yang aneh dari suku-suku bangsa diluar eropa. Religi telah menjadi suatu pokok penting dalam buku-buku para pengarang tulisan etnografi mengenai suku-suku bangsa itu, kemudian ketika etnografi tersebut digunakan secara luas oleh dunia ilmiah. Maka pengertian terhadap bahan mengenai upacara keagamaan itu sangat besar. Oleh karena itu, ada dua hal yang menyebabkan hal yang sangat besar itu yaitu sebagai berikut :
a.       Upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan suatu unsur kebudayaan yang tampak secara lahir.
b.      Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan untuk menyusun teori-teori tentang asal mula religi.
Masalah asal mula dari suatu unsur universal seperti religi, artinya masalah penyebab manusia percaya pada adanya suatu kekuatan gaib yang dianggap lebih tinggi dari pada nya, dan penyebab manusia itu melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beragam untuk berkomunikasi dan mencari kekuatan-kekuatan, telah lama menjadi pusat perhatian banyak orang di Eropa, dan juga dari dunia ilmiah pada umumnya. Dalam usaha untuk memecahkan masalah asal-usul religi, para ahli biasanya menganggap religi suku-suku bangsa di luar Eropa sebagai sia-sia dari bentuk-bentuk religi kuno.yang dianut oleh seluruh umat manusia.


2.                  Unsur-unsur Khusus dalam Sistem Religi

Dalam membahas pokok antropologi tentang religi, sebaiknya juga di bicarakan system ilmu gaib sehingga pokok itu dapat dibagi menjadi dua pokok khusus, yaitu:
a.       Sistem Religi
b.      Sistem ilmu gaib
Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan (religious emotion).  Emosi kegamaan ini biasanya pernah dialamai oleh setiap manusia, walaupun getaran emosi itu mungkin hanya berlangsung untuk beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang lagi. Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan tindakan-tindakan bersifat religi.  Pokoknya, emosi keagamaan menyebakan bahwa sesuatu benda, suatu tindakan, atau gagasan, mendapat suatu nilai keramat (sacred value). Demikian juga benda-benda, tindakan-tindakan, atau gagasan-gagasan yang biasanya tidak keramat (pro-fane), tetapi apabila dihadapi oleh manusia yang dihinggai oleh emosi keagamaan sehingga ia seolah-olah terpesona, maka benda-benda, tindakan-tindakan, dan gagasan-gagasan tadi menjadi keramat.

Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu di antara pengikut-pengikutnya. Dengan demikian, emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur yang lain, yaitu:
a.       Sistem keyakinan
b.      Sistem upacara keagamaan
c.       Suatu umat yang menganut religi
Sistem keyakinan secara khusus mengandung banyak beberapa unsur. Yaitu seperti dewa-dewa, konsepsi tentang makhluk-makhluk halus lainya seperti roh-roh leluhur, roh-roh lain yang baik maupun yang jahat, hantu dan lain-lain, konsepsi tentang dewa tertinggi dan penciptaan alam, masalah terciptanya dunia dan Alam, konsepsi tentang hidup dan maut, konsepsi tentang dunia roh, dunia akhirat dan lain-lain.
Adapun sistem kepercayaan dan gagasan, pelajaran, aturan, agama, dongeng suci tentang riwayat dewa-dewa (mitologi), biasanya tercantum dalam suatu himpunan buku-buku yang biasanya juga dianggap sebagai kesusasteraan suci.

3.                Aspek – aspek dalam sistem Religi
dari para ahli antropologi ialah:
a.       Tempat upacara keagamaan dilakukan
b.      Saat-saat upacara keagamaan dijalankan
c.       Benda-benda dan alat upacara
d.      Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.

Aspek pertama berhubungan dengan tempat-tempat keramat upacara dilakukan, yaitu makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau, masjid, dan sebagainya. Aspek kedua adalah aspek mengenai saat-saat beribadah, hari-hari keramat dan suci dan sebagainya. Aspek ketiga adalah tentang benda-benda yang dipakai dalam upacara, termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat bunyi-bunyian keempat adalah aspek yang mengenai para pelaku upacara keagamaan, yaitu para pendeta biksu, syaman, dukun, dan lain-lain.
Upacara-upacara itu sendiri banyak juga unsurnya, yaitu:
1.      Bersaji
2.      Berkorban
3.      Berdoa
4.      Makan bersama makanan yang telah disucikan dengan doa
5.      Menari tarian suci
6.      Menyanyi-nyayian suci
7.      Berprosesi tau berpawai
8.      Memaikan seni drama suci
9.      Berpuasa
10.   Bertapa
11.   Bersemedi

4.                  Perbedaan antara Religi dan Ilmu Gaib

Perbedaan dasarnya terletak dalam sifat manusia pada waktu sedang menjalankan agama, manusia bersikap menyerah diri  kepada Tuhan, kepada dewa-dewa, kepada roh nenek moyang, menyarahkan diri sama sekali kepada kekuatan tinggi yang disembah itu. Dalam hal ini manusia biasanya terhinggap oleh suatu emosi keagamaan. Begitu juga sebaliknya, pada waktu menjalankan ilmu gaib manusia bersikap lain sama sekali. Ia berusaha memperlakukan kekuatan-kekutan tinggi dan gaib agar menjalankan kehendaknya dan berbuat apa yang ingin dicapainya.
        BAB III
KESIMPULAN

1.      Sistem Religi adalah Suatu keyakinan atau kepercayaan yang di anut oleh masyarakat sesuai kepercayaan atau agamanya masing-masing dengan beberapa kelompok masyarakat tertentu, sehingga ada enam agama yang diakuui oleh negara yaitu : agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu (agama yang di anut etnik China) .
2.      Unsur-unsur Khusus dalam Sistem Religi adalah sebagai berikut :
a.       Emosi Keagamaan (getaran jiwa) yang menyebabkan bahwa manusia di dorong untuk berprilaku keagamaan.
b.      Sistem kepercayaan atau keyakinan manusia tentang bentuk dunia, alam gaib, hidup maut dsb.
c.       Sisteem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari hhubungan dengan dunis gaib berdasarkan sistem kepercayaan.
d.      Kelompok keagamaan atau satuan-satuan sosial
e.       Peralatan keagamaan



DAFTAR REFRENSI


Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi (Edisi Revisi). Rineka Cipta. Jakarta.

Koentjaraningrat. 1990. pengantar ilmu Antropologi   (Edisi Baru). Rineka Cipta. Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar