PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PERBEDAAN PERKEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN
Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia
disusun oleh Kelompok 5
1. WIDIAWATI (201014500617)
2. NUR FAIJAH (201014500607)
3. BEJA (201014500601)
4. KUSMANA (201014500604)
5. ROHMA IRNAWATI (201014500613)
Kelas : YF
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena rahmat dan ridho NYA, kami dapat menyelesaikan tugas makalh Bahasa Indonesia ini tepat waktu.
Makalah kami yang berjudul “Penilaian Masyarakat Terhadap Perbedaan Perkembangan Pasar Tradisional Dan Pasar Modern” ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta PGRI.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yulia Agustin, S.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, yang telah membimbing dan memberikan saran serta masukan kepada kami. Kemudian kami tidak lupa pula mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan motivasi dan dukungan penuh kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Kekurangan tersebut karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan, kemampuan, waktu, serta tenaga. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan.
Jakarta,Agustus 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHUKUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Pembatasan Masalah 3
D. Perumusan Masalah 3
E. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pasar tradisional Dan Pasar Modern 4
B. Eksistensi Pasar Tradisional Dan Pasar Modern 6
C. Ancaman Nyata Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi menyebabkan industri jasa yang terdiri berbagai macam industri, seperti industri telekomunikasi ,transportasi, perbankankan, perhotelan dan ritel berkembang dengan cepat (Zeithhaml dan Bitner,2003 dalam fransisca,2007). Dalam dunia pemasaran globalisasi memberikan efek yang mengagumkan dengan munculnya teori pemasaran yang mengadopsi dari dunia barat, sehingga banyak bermunculan pasar modern di Indonesia yang punya potensi besar untuk menggeser keberadaan pasar tradisional. Bermula dari Kepres No 96/2000 tentang usaha tertutup dan terbuka bagi penanaman modal asing yang memasukkan ritel terbuka bagi asing, ritel asing pun menguasai berbagai kota. Akibatnya, hipermarket tumbuh dari 83 pada tahun 2005 menjadi 121 pada tahun 2007, minimarket dari 6465 tahun 2005 menjadi 8889 pada tahun 2007. Pada 2002-2008 pasar modern tumbuh 31,4%. Bahkan, pada 2009 peritel asing wallmart, Casino, Tesco, dan Central Thailand berebut masuk. Adapun, pasar tradisional pada 2002-2008 turun 11,7%. Sepuluh tahun terakhir, pedagang pasar tradisional turun 40%. Menurut pengurus Asosiasi Pedagang Pasar Seluruuh Indonesia (APSI), penurunan ini akibat desakan supermarket dan pedagang tak mampu mempertahankan kios terenovasi karena tidak terjangkau biaya tebusnya (Sucipto : 2009).
Pesatnya pembangunan pasar modern dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional. Di satu sisi, pasar modern dikelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap. Di sisi lain, pasar tradisional masih berkutat dengan permasalahan klasik seputar pengelolalan yang kurang professional dan ketidaknyamanan berbelanja. Pasar modern dan pasar tradisional bersaing dalam pasar yang sama, yaitu pasar ritel atau perdagangan secara ritel (usaha atau bisnis yang menambahkan nilai kepada produk dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk kebutuhan sendiri atau keluarga) (Levy dan Weitz, 1996 dalam rosa, 2008). Hampir semua produk yang dijual di pasar tradisional seluruhnya dapat ditemui di pasar modern. Semenjak kehadiran pasar modern, pasar tradisional disinyalir merasakan penurunan pendapatan dan keuntungan yang drastis (Kompas 2006 dalam Poesoro, 2007). Meskipun demikian, argument yang mengatakan bahwa kehadiran pasar modern merupakan penyebab utama tersingkirnya pasar tradisional tidak seluruhnya benar. Hampir seluruh pasar tradisional di Indonesia masih bergelut dengan masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana pasar yang sangat minim, pasar tradisional sebagai sapi perah untuk penerimaan retribusi, menjamurnya pedagang kaki lima (PKL) yang mengurangi pelanggan pedagang pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional. Keadaan ini secara tidak langsung menguntungkan pasar modern (Poesoro 2007)
B. Identifikasi Masalah
Penilaian masyarakat terhadap perkembangan pasar tradisional dan pasar modern pada saat ini, sangat berpengaruh dari gaya hidup masyarakat dan perkembangan bisnis semakin bertambah. Dalam makalah ini kami mencoba untuk mengidentifikasikan beberapa masalah yang mungkin timbul yang berhubungan dengan penilaian konsumen terhadap perkembangan pasar tradisional dan pasar modern :
1. Apa pengertian dari pasar tradisional dan pasar modern?
2. Bagaimana eksistensi antara pasar tradisional dan pasar modern?
3. Bagaimana perkembangan pusat perbelanjaan saat ini yang berusaha menarik konsumen?
4. Apa keunggulan pasar tradisional sementara pusat perbelanjaan semakin berkembang?
5. Apa ancaman pasar modern terhadap pasar tradisional?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identiifikasi masalah di atas, maka penilaian masyarakat terhadap perbedaan perkembangan pasar tradisional dan pasar modern di batasi pada beberapa hal yang bersifat umum, yaitu mulai pengertian pasar tradisional dan pasar modern dan ancaman pasar modern terhadap pasar tradisional.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, maka dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian pasar tradisional dan pasar modern?
2. Bagaimana eksistensi antara pasar tradisional dan pasar modern sekarang ini dilihat dari gaya masyarakat?
3. Apa ancaman pasar modern terhadap pasar tradisional dilihat dari eksistensi pasar modern di Indonesia?
E. Tujuan Pembatasan
Adapun tujuan pembahasan materi ini adalah:
1. Untuk mengtahui pengertian pasar tradisional dan pasr modern.
2. Mengetahui eksistensi antara pasar tradisional dan pasar modern sekarang ini dilihat dari gaya masyarakat.
3. Untuk mengetahui ancaman pasar modern terhadap pasar tradisional dilihat dari eksistensi pasar modern di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pasar Tradisional Dan Pasar Modern
Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta serta di tandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung. Dalam pasar tradisional terjadi proses tawar menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang di buka oleh penjualan maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur sayuran, telur, daging,kain pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu ada juga yang menjual kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar (Wikipedia,2007).
Harga di pasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh karena itu bisa dilakukan tawar menawar. Bila dilihat dari tingkat kenyamanan, pasar tradisional selama ini cendrung kumuh dengan lokasi yang tidak tertata rapi. Pembeli di pasar tradisional, biasanya kaum ibu mempunyai prilaku yang senang bertransaksi dengan berkomunikasi atau berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan barang yang diinginkan, dan perkembangan harga-harga lainnya.
Barang yang dijual di pasar tradisional umumnya barang-barang lokal dan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang dijual pasar tradisional dapat terjadi tampa melalui pernyortiran yang kurang ketat. Dari segi kuantitas, jumlah barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada barang yang di cari tidak ditemukan di satu kios tertentu, maka dapat dicari ke kios lain. Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari produsen, distributor, sub distributor, pengecer, konsumen. Kendala yang dihadapi pada pasar tradisional antara lain system pembayaran ke distributor atau sub distributor dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau memberikan diskon komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang yang kurang diminati konsumen. Selain itu, dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dan penguasaan teknologi dan manajemen sehingga melemahkan daya saing.
Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang umumnya anggota masyarakat kelas menengah atas. Pasar modern antara lain mall, supermarket, departemen store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada took serba ada dan sebagainyan (Sinaga, 2008).
Barang yang dijual psar modern memiliki variasi jenis yang beragam. Selain penyediaan barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang import. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian yang ketat sehingga barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan di tolak. Dari segi kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga pasar modern memiliki label harga yang pasti. Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang sejuk, suasana nyaman dan bersih, display barang perkategori mudah dicapai dan relative lengkap, informasi produk tersedia melalui mesin pembaca, adanya keranjang belanja atau keranjang dorong serta ditunjang adanya kasir dan pramuniaga yang bekerja secara professional. Rantai distri butor pada pasar ini adalah produsen-distributor-pengecer-konsumen.
Dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung. Pembeli melihat label harga yang tercantum dalam bar code, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti: buah, sayuran, daging, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan, hypermart, supermarket dan mini market (Wikipedia, 2007).
B. Eksistensi Pasar Tradisional Dan Pasar Modern
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah merambah di kota kecil di tanah air, sangat mudah menjumpai mini market, supermarket bahkan hypermart di sekiatar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya.
Namun demikian, pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuknya.
1. Karakter atau budaya konsumen, Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki budaya untuk tetep berknjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Perbedaan itulah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar menawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga.
2. Revitalisasi pasar tradisional, Pemerintah seharusnya serius dalam menata dan mempertahankan eksisitensi pasar tradisional. Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti di atas harus di ubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional.
3. Regulasi, pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan pasar modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah itu tidak boleh diskriminatif dan seharusnya tidak membuat dunia usaha mandek. Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan perantaraan ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha.
Ø Perkembangan pusat perbelanjaan
Perkembangan pusat perbelanjaan ini secara umum akan menguntungkan bagi konsumen karena semakin tersedia banyak pilihan berbelanja. Persaingan yang semakin tajam antar pusat perbelanjaan dan juga antar pengecer juga akan menguntungkan karena mereka akan berusaha untuk menarik konsumen dengan memberikan pelayanan yang lebih baik.
Pusat perbelanjaan modern merupakan pesaing dan akan mengancam keberadaan pedagang di pasar tradisional. Jika dahulu pusat perbelanjaan lebih banyak ditujukan untuk penduduk berpendapatan menengah keatas. Kini mereka mulai masuk juga ke kelas menengah ke bawah para pengecer kini juga bervariasi memasuki berbagai segmen pasar.
Ø Keterbatasan pasar tradisional
Ruang bersaing pedagang pasar tradisional kini juga mulai terbatas. Kalau selama ini pasar tradisional dianggap unggul dalam memberikan harga relatif lebih rendah untuk banyak komoditas, dengan fasilitas berbelanja yang jauh lebih baik.Skala ekonomi pengecer modern yang cukup luas dan akses langsung mereka terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok penjualan mereka sehingga mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah. Sebaliknya para pedagang pasar tradisioanal, mereka umumnya mempunyai skala yang kecil dan menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk pembeli barang yang akan dijualnya. Keunggulan biaya rendah pedagang tradisional kini mulai terkikis.
Ø Keunggulan pasar tradisional mungkin juga didapat dari lokasi
Masyarakat akan lebih suka berbelanja ke pasa-pasar yang lokasinya lebih dekat. Akan tetapi pusat-pusat berbelanja modern terus berkembang memburu lokasi-lokasi potensial. Dengan semakin marak dan tersebarnya lokasi pusat perbelanjaan modern maka keunggulan lokasi juga akan semakin hilang. Kedekatan lokasi kini tidak lagi dapat dijadikan sumber keunggulan yang berkelanjutan.
Ø Pasar tradisional terjepit
Jakarta, kompas, pedagang dan pasar tradisional oleh ekspansi usaha ritel modern. Dalam rentan waktu tahun 2003-2008, pertumbuhan gerai ritel modern fantastis yaitu mencapai 162%. Bahkan, pertumbuhan gerai minimarket mencapai 254,8%, yakni dari 2.058 gerai pada tahun 2003 menjadi 7.301 pada tahu 2008, sementara jumlah pasar tradisional didalam kurun lima tahun tersebut cendrung stagnan.
Pesatnya pertumbuhan ritel modern itu seiring gencarnaya penetrasi ritel asing ke Indonesia. Data Bisinfocus 2008 menyebutkan, jika pada tahun 1970-1990 pemegang merek ritel asing yang masuk ke Indonesia hanya lima, dengan jumlah 275 gerai, tahun 2004 sudah 14 merek ritel asingyang masuk, dengan 500 gerai. Tahun 2008, merek rite lasing yang masiuk sudah 18, dengan 532 gerai.
Ø Aturan yang ada:
Sebenarnya peraturan yang mengatur tentang usaha ritel telah cukup banyak. Di tingkat pusat saja setidaknya ada 10 peraturan yang mengatur tentang usaha ritel, mulai dari Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 118 Tahun 2000 tenteng perubahan dari Kepres No 96/2000 tentang usaha yang terbuka dan tertuttup dengan beberapa syarat untuk investasi asing langsung hingga yang terbaru, yaitu peraturan pemerintah (PP) No 112/2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan took modern dan Permendag No 53/2008 tentang pedoman penataan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern.
C. Ancaman Nyata Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional
Eksistensi pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut data yang diperoleh dari Eromonitor (2004), hypermart merupakan peritel dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi (25%), koperasi (14.2%), minimarket (12.5%), independen grocers (8.5%), dan supermarket (3.5%).
Selain mengalami pertumbuhan dari sisi jumlah dan angka penjualan,peritel modern mengalami pertumbuhan pangsa pasar sebesar 2.4% pertahun terhadap pasar tradisional. Berdasarkan survey AC Nielsen (2006) menunjukan bahwa pangsa pasar dari pasar modern meningkat sebesar 11.8% selama lima tahun terakhir.
Jika pangsa pasar dari pasar modern pada tahun 2001 adalah 24.8% maka pangsa pasar tersebut menjadi 32.4% tahun 2005. Hal ini berarti bahwa periode 2001-2006, sebanyak11.8% konsumen ritel Indonesia telah meninggalkan pasar tradisional dan peeralih ke pasar modern. Sebagai bahan pertimbangan, berikut ini media perempuan memberikan sejumlah perbandingan untung rugi berbelanja di pasar tradisional dengan pasar modern:
1. Harga barang
Barang-barang yang dijual pasar tradisional dan pasar modern memiliki perbedaan angka yang cukup signifikan. Harga suatu barang di pasar tradisional bahkan bisa sepertiga dari harga barang yang sama yang di jual di supermarket, terutama untuk produk-produk segar seperti sayur mayur, serta bumbu-bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, merica, cabai dan sebagainaya
2. Tawar menawar
Berbelanja di pasar tradisional memungkinkan pembeli untuk menawar harga barang-barang hingga mencapai kesepakatan dengan pedagang. Jika cukup pintar menawar, anda bisa mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah. Sedangkan pasar modern, pembeli tidak mungkin melakukan tawar menawar karena semua barang telah di patok dengan harga pas.
3. Diskon
Untuk diskon, sejumlah supermarket memang sering memberikan berbagai penawaran yang menggiurkan. Akan tetapi, perlu diperhatiakan apakah hal tersebut merupakan rayuan terselubung agar pembeli bersikap konsumtif. Tak jarang, orang menjadi lapar mata ketika berbelanja di supermarket dan tergoda membeli barang-barang yang tidak mereka butuhkan.
4. Kenyamanan berbelanja
Untuk kenyamanan, berbelanja di pasar modern memang jauh lebih nyaman ketimbang berbelanja di pasar tradisional. Berbagai supermarket mamiliki area yang lebih luas, bersih, rapi, dan dilengkapi dengan pendingin ruangan. Sedangkan pasar tradisional menepati area yang lebih sempit ,sumpek, sesak, dan tidak jarang mengeluarkan bau yang tidak sedap.
5. Kesegaran produk
Untuk produk-produk segar seperti daging ikan, sayur mayur, telur dan lain sebagainya, pasar tradisional biasanya menyajikan produk-produk yang jauh lebih segar ketimbang supermarket, karena belum ditambahkan zat pengawet. Logikanya, pedagang di pasar tradisioanl memiliki dana yang cukup terbatas sehingga hanya mampu memberi pasokan barang dengan jumlah tidak terlalu banyak. Dengan demikian, produk-produk yang dijual lebih terjaga kesegarannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika taraf hidup masyarakat semakin meningkat, disamping membutuhkan ketersediaan berbagai macam bsrsng ysng lengkap dari kebutuhan primer hingga kebutuhan tersier, masyarakat juga membutuhkan fasilitas pendukung seperti kenyaman atau pun jaminan hargga murah dan kualitas baik. Kenyamanan menjadi alesan utama untuk beralihnya tempat berbelanja bagi masyarakat dari pasar tradisional ke pasar modern. Meskipun masyarakat tidak mungkin meninggalkan pasar tradisional seratus persen, keberadaan pasar tradisional masih tetap dibutuhkan untuk memenhi kebutuhan sehari hari.
B. Saran
Penulis mohon saran dan kritik membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan penulis menyarankan, meskipun keberadaan pasar modern sangat berkembang di banding pasar tradisional kita harus menyadari bahwa pasar tradisional sangat di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan kita harus lebih selektif memilih barang-barang kebutuhan yang kualitas baik tetapi tidak terlalu mahal bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Esther, Didik. 2003. Membuat Pasar Tradisional Tetap Eksis. Jakarta: Sinar Harapan 2003
2. A.C. Nielsen. 2005. Asia Pacific Retail and Shopper Trends. Jakarta: Tren Pembeli dan Ritel 2005
3. Sinaga, Pariaman. 2008. Menuju Pasar yang Berorientasi Pada Perilaku Konsumen. Jakarta: Artikel 2008
4. Paesoro, Adri. 2007. Pasar Tradisional di Era Persaingan Global. http://www.Smeru.or.id [17 November 2010]
5. Harian Kompas. 2007. Hasil Penelitian: Pepres Tidak Ubah Kondisi Pasar Tradisional. Jakarta. http://www.kompas.com/kompas- cetak/0704/19/ekonomi/3466033.htm Diakses tanggal 9 agustus 2011
6. Kompas. 2006. Jangan Biarkan Pasar Bersaing dengan Hipermarket. [online] http://www.kompas.com/kompas-cetak/0606/02/metro/2693747.htm [3 November 2010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar